BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering berargumen
secara sederhana dengan menggunakan penalaran induktif dan deduktif. Kebenaran-kebenaran
yang kita dapatkan untuk melakukan deduksi sebenarnya berangkat dari induksi. Dengan
demikian induksi memberikan kita titik berangkat landasan untuk melakukan
penalaran atas masalah yang paling menjadi perhatian kita. Kita bernalar untuk
menetapkan kebenaran-kebenaran dalam kehidupan sehari-hari, untuk mempelajari
fakta tentang masyarakat kita, dan untuk memahami dunia alamiah disekitar kita.
Argumen-argumen induktif yang kita pakai untuk
menetapkan masalah fakta berbeda secara fundamental dari argumen deduktif,
makalah ini akan menjelaskan secara spesifik lagi tentang penalaran induktif.[1]
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana
pengertian penalaran induktif?
2. Bagaimana
macam-macam penalaran induktif?
3. Bagaimana
penyimpulan-penyimpulan dalam penalaran induktif?
C.
Tujuan Pembahasan
1. Menjelaskan
pengertian penalaran induktif.
2. Menjelaskan
macam-macam penalaran induktif.
3. Menjelaskan
penyimpulan-penyimpulan dalam penalaran induktif.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Penalaran Induktif
Induktif adalah bentuk pemikiran dari soal-soal yang
khusus, membawanya kepada kesimpulan yang umum, atau berpikir dari soal-soal
yang konkrit kepada soal-soal yang abstrak.[2]
Jadi penalaran induktif adalah suatu jenis penalaran yang bertitik tolak dari
pernyataan-pernyataan yang bersifat khusus/tunggal, kemudian ditarik suatu
kesimpulan yang bersifat umum/general.
Kebenaran-kebenaran yang kita dapatkan untuk
melakukan deduksi sebenarnya berangkat dari induksi. Dengan demikian induksi
memberikan kita titik berangkat landasan untuk melakukan penalaran atas masalah
yang paling menjadi perhatian kita. Kita bernalar untuk menetapkan
kebenaran-kebenaran dalam kehidupan sehari-hari, untuk mempelajari fakta
tentang masyarakat kita, dan untuk memahami dunia alamiah disekitar kita.
Dalam dunia induksi, kita mencari pengetahuan baru
atas fakta tentang dunia, jelas bahwa kita harus mengandalkan argumen yang
mendukung suatu kongklusi hanya sebagai probabilitas (kemungkinan benar). [3]
B. Macam-macam
Penalaran Induktif
1. Induksi
sempurna
Dinamakan induksi
sempurna, jika keputusan umum itu merupakan penjumlahan dari keputusan khusus.
Misalnya dari masing-masing (khusus) mahasiswa STAIN Pamekasan, diketahui bahwa
ia (mereka) itu orang Jawa. Maka dapat diadakan keputusan bahwa semua (umum)
mahasiswa STAIN Pamekasan adalah orang Jawa.
2. Induksi
tidak sempurna
Dinamakan induksi tidak
sempurna, jika putusan umum itu dari putusan khusus bukan penjumlahan melainkan
lompatan dari yang khusus kepada yang umum. [4]
Induksi tidak sempurna ada dua
macam, yaitu:
a. Induksi
tidak sempurna mutlak
Dalam ilmu alam,
putusan yang tercapai melalui induksi tidak sempurna ini berlaku umum dan
mutlak, jadi tidak ada kecualiannya. Misalnya mengenai hukum pembekuan air, itu
tidak ada pengecualiannya. Dengan demikian tidak ragu-ragu lagi ilmu alam
berani menetapkan tentang pebekuan air ini, walaupun pengalamannya tidak
dilakukan kepada semua air, apalagi kepada air yang akan datang. Demikianlah
tentunya berlaku pada semua hukum alam kalau sudah diketahui dengan pasti bahwa
air akan membeku pada 0 derajat celsius, maka dapat juga dikatakan bahwa hukum
itu (putusan) berlaku dengan pasti,
berlaku umum dan mutlak.
b. Induksi
tidak sempurna tidak mutlak
Biasanya terjadi pada
ilmu-ilmu sosial. Terjadinya bisa karena pengaruh subjektifitas manusianya,
sehingga putusan umum yang didapat dari pengalaman khusus tersebut (induksi)
dapat diberlakukan umum tetapi tidak pasti dan tidak mutlak, berarti selalu ada
kemungkinan lain, jadi ada kecualian. Kalau hukum alam pada prinsipnya tidak
ada pengecualian, maka pada ilmu sosial selalu ada kemungkinan kecualiannya.[5]
C. Penyimpulan-Penyimpulan
dalam Penalaran Induktif
Penyimpulan-penyimpulan
dalam penalaran induktif ada yang mengandalkan analogi induktif dan ada yang
mengandalkan generalisasi induktif.
1. Analogi
Induktif
Jenis argumen induktif
paling umum mengandalkan analogi. Jika saya melaporkan bahwa saya mendapatkan
layanan yang sangat baik dari komputer dengan model dan buatan tertentu, anda
mungkin menyimpulkan bahwa komputer baru dengan model dan buataan yang sama
akan melayanin anda dengan baik. Kongklusi itu mungkin punya tingkat
probabilitas yang rendah tetapi argumen tersebut jauh dari argumen yang
bersifat memaksakan.
Analogi adalah landasan
umum dari penyimpulan yang kita lakukan setiap hari dari pengalaman yang lalu
ke apa yang akan terjadi dimasa mendatang. Yang menjadi titik perhatian dalam
analogi intiktif adalah hal-hal yang analog. Dan atas dasar itu dapat ditarik
kesimpulan untuk hal atau individu lain yang analog dengan apa yang sudah
dialami.
Contoh :
Yudi mahasiswa asal, palemang,
orangnya baik
Hendi
mahasiswa,asal palembang, orangnya baik
Latif,
mahasiswa, asal plembang, orangnya baik
Bobbi,mahasiswa,asal
palembang juga,berarti dia orang baik
Berdasarkan analogi
dari tiga orang sebelimnya, bisa disimpulkan bahwa bobi juga orang baik.
2. Genaralisasi
Induktif
Pada generalisasi
induktif penalaran terdiri dari premis-premis yang analog tetapi kemudian
ditarik kesimpulan yang bersifat umum. Artinya dari sifat-sifat individual yang
analog dapat ditarik satu generalisasi umum atas semua individu itu. Misalnya
setelah saya menemukan hal-hal yang analog pada orang jawa ebagai kelompok atau
individual, saya menarik satu kesimpulan umum (general) tentang semua orang
jawa. Di yogya saya bertemu dengan orang jawa yang halus dan santun. Di solo
saya bertemu dengan orang jawa yang halus dan santun, di semarang saya bertemu
dengan orang jawa yang halus dan santun. Maka saya menarik kesimpulan dengan
generalisasi bahwa smua orang jawa itu halus dan santun.
No comments:
Post a Comment