BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Domain berhubungan dengan perkembangan kognitif
istilah kognitif menjadi populer sebagai salah satu domain atau wilayah/ranah psikologis
manusia yang meliputi setiap prilaku mental yang berhunungan dengan pemahaman, pertimbangan,
pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, dan keyakinan. Ranah
kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan
afeksi (perasaan) yang bertalian dengan ranah rasa.
Pembelajaran dilangsungkan
untuk kepentingan peserta
didik. Peserta didik dengan
belajar dapat menambah pengetahuan,pengalaman dan
keterampilan juga dapat
meluaskan analisis dan pemaknaan
terhadap materi pembelajaran.
Karena itu sentuhan
yang paling utama dalam
kegiatan pembelajaran
adalah aspek-aspek psikologis yang
meliputi intelegensi, emosi, social,
kepribadian dan moral. Aspek-aspek
kejiwaan tersebut akan
mengalami perubahan dalam pembelajaran secara simultan dan sinergitas.[1]
Dalam makalah
ini kita akan membahas lebih rinci tentang aspek-aspek psikologis atau kejiwaan
pada perkembangan peserta didik dalam pembelajaran.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar
belakang penulisan di atas dapat kami ambil rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana aspek-aspek kejiwaan
terhadap peserta didik?
2.
Apa saja aktifitas fungsi jiwa?
C.
Tujuan
Penulisan
1. Untuk menjelaskan aspek-aspek
kejiwaan terhadap peserta didik
2. Untuk menjelaskan aktifitas
fungsi jiwa
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Aspek-aspek
kejiwaan terhadap peserta didik
Peserta
didik dalam pembelajaran adalah sesuatu
yang unik. Hal tersebut ditandai dengan, bahwa peserta didik terdapat perbedaan
antara satu peserta
didik dengan peserta didik yang
lain. Perbedaan-nya bisa
dalam bentuk perbedaan inteligensi, emosional, social,
kepribadian, dan moral. Aspe-aspek kejiwaan tersebut menjadi fokus dari setiap
kegiatan pembelajaran. Bila
hal tersebut tidak
dilakukan atau diperhatikan maka pembelajaran dianggap tidak berlangsung
dan berjalan sukses. Aspek-aspek
kejiwaan tersebut dapat
diklasiofikasi sebagai berikut:
Pertama,
Inteligensi adalah suatu
kecakapan global atau rangkuman kecakapan seseorang
untuk dapat bertindak
secara terarah, berpikir secara
baik dan bergaul dengan lingkungan secara efesien. Pandangan lain
adalah intelegensi biasa bermakna; a)Kemampuan untuk belajar; b) Keseluruhan pengetahuan
yang diperoleh; c) Kemampuan untuk
beradabtasi; d) Kecerdasan
untuk mempertahan-kan atau
memperjuangkan tujuan tertentu; e) Kemampuan untuk melakukan otokritik
dan kemampuan belajar
dari kesalahan yang dibuatnya”.[2]
Adapun aspek-aspek
inteligensi yang dimiliki
oleh setiap individu yaitu;
1) Kepekaan dan kemapuan
untuk mengamati pola-pola
logis dan numeric
(bilangan) serta kemampuan
untuk berpikir secara rasionalk/logis;
2) Kepekaan terhadap suara, ritme, makna kata-kata dan keragaman fungsi bahasa;
3) Kemampuan untuk menghasilkan dan mengapresiasikan ritme
nada dan bentuk
ekspresi musik; 4) Kemampuan
mengepresi dunia ruang
visual secara akurat dan
melakukan transformasi persepsi;
5) Kemampuan untuk mengontrol gerakan
tubuh dan menangani obyek-obyek
secara trampil; 6) Kemampuan
untuk mengamati dan
merespon suara hati, temparamen dan
metivasi orang lain; 7) Kemampuan untuk memahami perasaan,
kekuatan dan kelemahan
serta intelegensi sendiri. Aspek-aspek tersebut
hendaknya menjadi dasar
apresiasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Aspek-aspek tersebutlah
yang mengalami perkembangan dan
perubahan sehingga peserta
didik mencapai kematangan, kemajuan dan perkembangan kepribadian yang
sempurna.
Kedua,
Aspek emosi. Emosi pada
dasarnya adalah cinta, kegembiraan, keinginan, benci sedih
dan kagum”. Dalam pandangan lain
emosi adalah hasil
persepsi seseorang terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh sebagai respon terhadap
rangsangan-rangsangan yang datang
dari luar” Emosi dapat
mempengaruhi perilaku
peserta didik berupa;
1) Memperkuat semangat apabila seseorang merasa senang atau puas
terhadap hasil yang telah dicapai; 2)
melemahkan semangat apabila
timbul rasa kecewa
karena kegagalan dan sebagai puncak dari keadaan ini adalah timbulnya
rasa prustasi; 3) menghambat dan mengganggu konsentrasi belajar apabila sedang mengalami
ketegangan emosi yang
bisa menimbulkan sikap gugup
dan gagap dalam
berbicara; 4) terganggu
penyesuaian sosial apabila terjadi
rasa cemburu dan
iri hati; 5) suasana emosi
yang diterima dan dialami individu
semasa kecilnya akan
mempengaruhi sikap dikemudian
hari baik terhadap
dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.
Ketiga.
Aspek sosial. Perkembangan
sosial dapat dimaknai sebagai pencapaian kematangan
dalam hubungan sosial.
Dapat pula diartikan sebagi ”proses belajar untuk menyesuaikan
diri terhadap norma kelompok, moral
dan tradisi meleburkan
diri menjadi sesuatu kesatuan yang saling berkemunikasi
dan bekerjasama” Pada prinsipnya setiap
orang dilahirkan memiliki
potensi dan naluri sosial
yang memungkinkan dirinya
dapat bergaul dan berinteraksi dengan
manusia lain baik
secara individu maupun kelompok. Interaksi
dengan orang lain
dan kelompok memberikan pengaruh atau
ciri dan pengalaman
seorang peserta didik. Karenanya peserta didik
secara pribadi dipentingkan untuk
melakukan kemunikasi dan hubungan
sesial dengan sesama
yang juga dapat mendukung pencapaian proses
pembelajaran yang lebih baik. Pembelajaran
yang berlangsung disekolah
sebagai alat dan media
paling strategis untuk
menanamkan dan menguatkan
potensi sosial peserta didik.
Peserta didik dilatih
untuk bekerja sama
dengan teman-temannya saling memberikan
dan menerima masukan.
Hal tersebutpun sangat baik
untuk menanamkan saling
pengertian diantara peserta didik
terhadap peserta didik
yang lain. Dengan demikian peserta
didik dapat menekan
dan mengurangi egoism pribadi yang dapat merugikan dirinya
dan orang lain disekitarnya
Keempat.
Aspek kepribadian. Kepribadian
artinya organisasi sistem jiwa
raga yang dinamis
dalam diri individu
yang menentukan penyesuaian diri
yang unik terhadap lingkungan”.
Organisasi dinamis artinya bahwa
dalam diri seseorang
terdapat sejumlah aspek atau
unsur yang terus
berubah secara simultan.
Aspek-aspek tersebut berupa; sifat,
kebiasaan, sikap-sikap dan
bentuk-bentuk yang lain seperti
ukuran dan warna
kulit. Organisme-organisme tersebut
dapat mengalami perubahan dari
perlakuan dan keadaan
lingkungan disekitarnya.[3]
Adapun
kepribadian yang baik pada diri seseorang atau peserta didik yaitu; 1) mampu
menilai dirinya secara realistik Artinya peserta didik dapat
menilai diri sebagaimana
apa adanya, baik
kelebihan maupun kekurangannya
baik yang berhubungan dengan fisik maupun dengan psikisnya; 2)mampu menilai
situasi secara realistik; 3) mampu menilai
prestasi bsecara realistik,
4.menerima tanggung jawab; 5)
kemandirian; 6) dapat mengontrol emosi; 7) beraktivitas yang selalu
berorientasi tujuan; 8)
penerimaan sosial; 9) memiliki filsafat
hidup; 10) dapat merasakan kebahagiaan.
Kepribadian ada
pada setiap orang
dan keadaannya berbeda-beda antara individu
dengan individu yang
lain. Keberadaannya baru sebagai
suatu potensi diri
yang dengannya akan
mengalami perubahan yang sangat
dipengaruhi oleh lingkungan
dimana seseorang itu berada. Peserta didik yang dengan kepribadiannya akan menyedorkan untuk
ditumbuh kembangkankearah kematangan.
Pembelajaran yang berlangsung
disekolah sangat strategis baik sebagai lembaga maupun hubungan individu
untuk mempengaruhi dan
merubah kepribadian peserta
didik. Materi ajar yang disampaikan oleh seorang guru dengan nilai-nilai kearifan yang
ada didalamnya akan dapat mengubah
cara pandang dan sikap
yang dimiliki peserta
didik. Demikian halnya dengan
hubungan dan interaksi
yang diciptakan oleh
guru dapat merangsang perubahan
kepribadian kearah yang lebih baik.
Kelima,
Aspek moral. Moral berarti adat istiadat, kebiasaan, peraturan/nilai-nilai atau
tatacara kehidupan. Nilai-nilai
moral dapat pula berupa seruan
untuk berbuat baik
kepada orang lain,
memlihara ketertiban dan keamanan,
memelihara kebersihan dan
hak orang lain. Makna lain yang dikandung dari
nilai-nilai moral juga berupa dilarang mencuri, berzina, membunuh,
minum-minuman keras dan berjudi.
Moral bagi
peserta didik dapat
berkembang melalui; 1) pendidikan langsung yaitu melalui
penanaman pengertian tingkah laku yang benar dan salah,
atau baik dan
buruk oleh orang
tua dan guru atau orang dewasa yang lain; 2) identifikasi
yaitu dengan mengidentifikasi dan meniru
penampilan atau tingkah
laku moral seseorang yang
menjadi idola seperti
orang tua, guru,
kiyai artis dan orang
dewasa lainnya; 3) proses
coba-coba yaitu dengan
cara mengembangkan tingkah laku moral dengan coba-coba. Tingkah laku
yang mendatangkan pujian
atau penghargaan akan
terus dikembang-kan sedangkan
tingkah laku yang mendatangkan hukuman atau celaan akan dihentikan.
Untuk
mengetahui nilai-nilai moral
bagi peserta didik, diperlukan latihan dan pembiasaan dalam berbagai hal dan
kesempatan. Peserta didik dibiasakan mengidentifikasi perbuatan yang bermakna
kebaikan dan keburukan mulai
dari berbicara sampai kepada berbuat
sesuatu. Misalnya bombe
(bahasa anak-anak) perlu
diberitahu oleh guru dan sekaligus mengklarifikasi, sebab bisa bernuansa permusuhan,
guru perlu menyambung
komunikasi yang baik kepada
perserta didik sehingga
perbedaan dikalangan peserta didik
dapat diminimalisir untuk
membangun kerjasama yang
baik diantara sesama peserta
didik. Hal lain
yang harus ditumbuhkan adalah dengan
melatih ketajaman analisa
bagi peserta didik
terhadap sikap dan perilaku
orang dekatnya seperti
orang tua, guru,
kiyai dan orang dewasa
yang biasa bergaul. Peserta didik
dilatih
Mengidentifikasi
sikap orang tersebut
tetapi penekanannya pada
perbuatan yang baik. Kagumnya terhadap orang
tertentu bukan karena
nilai-nilai negatif yang dimilikinya
tetapi nilai positif.
Sehingga akan ada
upaya bagi peserta didik untuk
menjadikannya sebagai perilaku dalam hidupnya. Mungkin yang
tidak biasa ditemukan
dalam hidup peserta didik
baik disekolah, dirumah dan
dimasyarakat adalah memuji sesama bila melihat perbuatan baik.
Sekolah sebaiknya mentransformasi dan
membiasakan peserta didik
memahami perbuatan baik
temannya sekaligus memberikan pujian perbuatan baik temannya.
Keenam.
Aspek kepribadian. Kepribadian merupakan terjemahan dari personality.
Personality berasal dari
kata person artinya
kedok dan personare artinya
menembus. Kepribadiaan adalah
organisasi dinamis dalam
diri individu sebagai
sistem psikofisis yang menentukan caranya yang khas
dalam menyesuaikan diri
terhadap lingkungan”
Kepribadian memang
relatif konstan, namun
dalam kenyataan sering ditemukan
bahwa perubahan kepribadian
dapat terjadi yang
dipengaruhi lingkungan sekitar, baik rumah
tangga, sekolah dan masyarakat. Kepribadian yang
dalam dinamikan kejiwaan
masih bersifat elastis artinya
perubahan dapat ditentukan
oleh keadaan yang mengitarinya. Meskipun
ada potensi diri
yang dimiliki manusia
yang turut juga memberikan
pengaruh seperti hereditas
(aspek individu yang bersifat
bawaan yang memiliki potensi untuk berkembang)[4]
Adapun aspek-aspek
kepribadian yang dimiliki
oleh setiap orang atau
peserta didik yaitu;
1) aspek kognisi berupa
pemikiran, ingatan hayalan, daya
bayang, inisiatif, kreatifitas,
pengamatan dan pengindraan. Fungsi
aspek kognisi adalah
menunjukkan jalan,
mengarahkan dan mengendalikan tingkah
laku; 2) aspek afeksi yaitu bagian
kejiwaan yang berhubungan
dengan kehidupan alam
perasaan atau emosi. Pada aspek afeksi dikenal dengan konasi atau
psikomotorik berupa hasrat, kehendak,
kemauan, keinginan, kebutuhan,
dorongan. Aspek tersebut berfungsi
sebagai energi atau
menaga mental yang menyebabkan manusia bertingkah laku; 3) Aspek motorik
yang berfungsi sebagai pelaksana
tingkah laku manusia
seperti perbuatan dan
gerakan jasmani
B. Fungsi
aktifitas jiwa
1.
Jiwa kognisi
(pengenalan)
Dalam
melaksanakan aktivitas atau kegiatan manusia bekerja dengan alat-alat kejiwaan
dalam dirinya, ada beberapa macam istilah yang dipergunakan oleh para ahli
psikoolgi dalam menyebut alat-alat kejiwaan itu, antara lain bigot, kohstamm,
dan Palland menyebutnya dengan peristiwa-peristiwa kesadaran (Biwuzt Zynder-Schyselen). Kupyer
mengistilahkan fungsi-fungsi jiwa (psychishe-function).[5]
Istilah
penggunaan fungsi-fungsi jiwa dimaksudkan untuk menunjukkan bentuk umum bagian-bagian
jiwa yang berfungsi dan dapat siap untuk aktif, seperti fungsi pengamatan,
tanggapan, dan sebagainya.
Fungsi-fungsi jiwa dalam kegiatannya sangat banyak dan
rumit. Untuk menyederhanakannya, para ahli menggolongkannya menurut alat yang
berfungsi. Sehubungan dengan hal ini, Aristoteles membagi aktifitas atau
kegiatan jiwa individu menjadi dua golongan yaitu:
1.
Kemampuan manusia
menerima stimulus dari luar. Keampuan ini berhubungan dengan pengenalan
(kognisi)
2.
Kemampuan manusia untuk
melehirkan apa yang terjadi di dalam jiwanya. Kemampuan ini berhubungan dengan
motif dan kemauan (konasi)
Terjadi
pembagian kekuatan jiwa individu menjadi tiga golongan besar disebut Trikotomi,
yang terdiri dari kognisi, konasi, dan emosi.
1.
Pengamatan
Pengamatan sebagai
fungsi jiwa dapat di artikan sebagai unit organisasi dan interpretasi
kesan-kesan timbul yang merupakan hasil pekerjaan indra sehingga individu dapat
memberikan kenyataan yang ada di sekitarnya.
2.
Tanggapan
Tanggapan sebagai salah
satu fungsi jiwa yang pokok dapat diartikan sebagai kesan-kesan imajinatif bagi
individu sebagai akibat pengamatan, objek-objek yang diamati tidak lagi berada
dalam ruangan dan waktu pengamatan.
3.
Fantasi
Fantasi dapat diartikan
sebagai kemampuan daya jiwa untuk membentuk tanggapan-tanggapan baru dengan
bantuan tanggapan-tanggapan yang sudah ada tidak perlu sesuai dengan
benda-benda yang ada. Kemampuan jiwa manusia membentuk tanggapan baru, yaitu
berupa “imajinasi”.
4.
Ingatan
Ingatan dapat diartikan
sebagai kesanggupan jiwa untuk mecamkan, menyimpan, dan mereproduksi suatu
tanggapan. Rumusan devinisi yang dikatakan bahwa ingatan adalah suatu aktifitas
tempat pengetahuan manusia berasal (berdasarkan kesan-kesan dari masa lampau).
5.
Berpikir
Berpikir merupakan
fungsi jiwa yang mengandung pengertian yang luas karena mengandung maksud dan
tujuan memecahkan masalah, menemukan hubungan, dan menentukan sangkut paut
antara masalah satu yang lainnya. Berkenaan dengan masalah berpikir,
6.
Inteligensi
Menurut
salah satu ahli Bigot-Kohstamm inteligensi adalah suatu kemampuan untuk
melakukan perbutan jiwa dengan cepat.
Berdasarkan
devinis-devinisi di atas, inteleginsi menunjukkan bagaimana cara individu
bertingkah laku dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Tingkah laku
individu dinyatakan “intelegen” berdasarkan kesanggupan untuk melakukan suatu
aktifitas, yaitu berpikir.[6]
Jean Piaget
mendenifisikan inteligensi diartikan sama dengan kecerdasan, yaitu seluruh
kemampuan berpikir dan bertindak secara adatif termasuk kemampuan mental yang kompleks, seperti berpikir,
mempertimbangkan, menganalisis, mensinesis, mengavaluasi, dan menyelesaikan
persoalan.[7]
2.
Jiwa Konasi (kehendak)
1.
Motivasi
Motivasi dapat dipandang
sebagai suatu istilah umum yang menunjukkan pada penganturan tingkah laku
individu ketika kebutuhan atau dorongan dari dalam dan dari lingkungannya
mendorong individu untuk memuaskan kebutuhan menuju tercapainya tujuan yang
diharapkan.
2.
Frustasi
Frustasi diartikan
sebagai rasa kecewa karena keinginan tidak terpuskan . dorongan yang teramat
kuat untuk mewujudkan suatu tujuan dari individu menimbulkan kekuatan aktif
dari dalam yang dapat memengaruhi pikiran, perasaan, tngkah laku, dan financial
terhadap nilai-nilai pada diri individu. Apabila individu gagal mewujudkan
tujuannya itu, maka akan mengakibatkan frustasi.
3.
Jiwa Emosi
Fungsi
jiwa emosi merupakan bagian integral dari pengalaman manusia. Emosi, perasaan,
maupun sugesti akan dapat menambah kesenangan maupun kesedihan seeseorang.
1.
Emosi
Istilah “emosi” diartikan
sebagai suatu keadaan yang muncul dari organism manusia sebagai sebab-akibat
antara emosi dan salah satu pengalaman-pengalaman batiniah seperti
dorongan-dorongan, keinginan motif, dan lain-lain.
Emosi adalah suatu
pengalaman yang sadar memengaruhi kegiatan jasmani dan efektif (melalui unsure
perasaan) yang mengikuti keadaan-keadaan fisiologisdan mental yang muncul dan
menyesuaikan batiniah dan yang mengekspresikan diri dalam tingkah laku yang
tampak.
2.
Perasaan
Suatu pengalaman
individu disertai dengan suasana keraguan . terdapat keraguan-keraguan apakah
perasaan puas ataupun kecewa itu ada dengan sendirinya di dalam situasi ketika
individu mengalaminya ataukah hal itu berhubungan dengan situasi-situasi
sebagai hasil belajar.
Tingkah laku yang
berhasl ditandai dengan suasana erasaan yang menyenangkan atau memuaskan.
Sebaliknya, apakah tidak berhasil atau memberikan rasa kecewa
pengalaman-pengalaman yang menimbulkan frustasi atau konflik.
4.
Jiwa Campuran
1.
Perhatian
Perhatian sebagai selah
satu aktivitas psikis (jiwa) diartikan sebagai keaktifan jiwa yang dipertinggi.
Jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu objek (benda atau hal) ataupun
sekumpulan objek-objek dengan perkataan lain perhatian adalah konsentrasi
psikis (jiwa) terhadap objek.
2.
Kelelahan
Akibat melaksanakan
macam-macam aktivitas manusia membutuhkan kekuatan atau kemampuan.pada suatu
saat dalam melaksanakan suatu aktifitas, baik yang berhubungan dengan jasmania
atau rohani seseorang akan mengalami penurunan kekuatan untuk berbuat. Peristiwa
menurunnya kekuatan manusia untuk melaksanakan aktivitas itu disebut kelelahan.
3.
Segesti
Sugesti dapat diartikan
“kesan” ataupun “keyakinan di dalam hati seseorang”. Dalam sugesti, fungsi
pikiran, perasaan,dan kemauan betul-betul dikesampingkan. Itulah sebabnya,
sugesti merupakan suatu desakan keyakinan kepada seseorang yang diterima tanpa
pertimbangan secara mendalam.[8]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pertama,
Inteligensi adalah suatu
kecakapan global atau rangkuman kecakapan seseorang
untuk dapat bertindak
secara terarah, berpikir secara
baik dan bergaul dengan lingkungan secara efesien”. Kedua, Aspek emosi. Emosi pada
dasarnya adalah cinta, kegembiraan, keinginan, benci sedih
dan kagum”. Ketiga. Aspek sosial.
Perkembangan sosial dapat
dimaknai sebagai pencapaian
kematangan dalam hubungan
sosial. Keempat. Aspek kepribadian.
Kepribadian artinya organisasi sistem jiwa
raga yang dinamis
dalam diri individu
yang menentukan penyesuaian diri
yang unik terhadap lingkungan”. Kelima, Aspek moral. Moral berarti adat
istiadat, kebiasaan, peraturan/nilai-nilai
atau tatacara kehidupan.
Nilai-nilai moral dapat pula berupa
seruan untuk berbuat
baik kepada orang
lain, memlihara ketertiban dan
keamanan, memelihara kebersihan
dan hak orang
lain.
Fungsi
aktifitas jiwa (1) Jiwa kognisi
(pengenalan) Istilah penggunaan fungsi-fungsi jiwa dimaksudkan untuk
menunjukkan bentuk umum bagian-bagian jiwa yang berfungsi dan dapat siap untuk
aktif, seperti fungsi pengamatan, tanggapan, dan sebagainya. (2) Jiwa Konasi
(kehendak) yaitu motivasi frustasi (3) Jiwa Emosi fungsi jiwa emosi merupakan
bagian integral dari pengalaman manusia. Emosi, perasaan, maupun sugesti akan
dapat menambah kesenangan maupun kesedihan seeseorang. (4) Jiwa Campuran yaitu
(a) Perhatian (b) Kelelahan (c) Segesti.
B. Saran
Demikianlah makalah ini
yang kami buat, namun kami merasa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
maka dari itu kami menginginkan kritik dan saran agar makalah ini menjadi lebih
baik dan sesuai dengan yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Yahd Muh, Pembelajaran Dengan Mempertahankan Aspek
Kejiwaan Peserta Didk, (http://docplayer.info/399581-Pembelajaran-dengan-memperhatikan-aspek-kejiwaan-peserta-didik.html) Diakes pada 2 September 2016.
Baharuddin,
PendidikanDan Psikologi Perkembangan,
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2014).
Ali Mohammad dan
Mohammad Asrori, Psikologi Remaja
Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004).
[1] Muh Yahdi, Pembelajaran
Dengan Mempertahankan Aspek Kejiwaan Peserta Didik, (http://docplayer.info/399581-Pembelajaran-dengan-memperhatikan-aspek-kejiwaan-peserta-didik.html) Diakes pada 2 September 2016.
[2] Muh Yahdi, Pembelajaran Dengan Mempertahankan Aspek Kejiwaan Peserta Didik, (http://docplayer.info/399581-Pembelajaran-dengan-memperhatikan-aspek-kejiwaan-peserta-didik.html) Diakes pada 2 September 2016.
[3] Muh Yahdi, Pembelajaran Dengan Mempertahankan Aspek Kejiwaan Peserta Didik, (http://docplayer.info/399581-Pembelajaran-dengan-memperhatikan-aspek-kejiwaan-peserta-didik.html) Diakes pada 2 September 2016.
[4] Muh Yahdi, Pembelajaran Dengan Mempertahankan Aspek Kejiwaan Peserta Didik, (http://docplayer.info/399581-Pembelajaran-dengan-memperhatikan-aspek-kejiwaan-peserta-didik.html) Diakes pada 2 September 2016.
[7] Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2004) hlm, 37
As stated by Stanford Medical, It's really the ONLY reason women in this country get to live 10 years longer and weigh 42 lbs lighter than us.
ReplyDelete(And realistically, it has absolutely NOTHING to do with genetics or some secret diet and EVERYTHING related to "how" they are eating.)
BTW, What I said is "HOW", not "WHAT"...
CLICK on this link to find out if this short quiz can help you find out your real weight loss possibilities