Tuesday 27 December 2016

Psikologi Pendidikan (DOMAIN-DOMAIN KEJIWAAN)

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Domain berhubungan dengan perkembangan kognitif istilah kognitif menjadi populer sebagai salah satu domain atau wilayah/ranah psikologis manusia yang meliputi setiap prilaku mental yang berhunungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, dan keyakinan. Ranah kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan ranah rasa.
Pembelajaran  dilangsungkan  untuk  kepentingan  peserta  didik. Peserta   didik   dengan  belajar dapat   menambah   pengetahuan,pengalaman  dan  keterampilan  juga  dapat  meluaskan analisis dan pemaknaan  terhadap  materi  pembelajaran.  Karena  itu  sentuhan  yang paling   utama   dalam   kegiatan   pembelajaran adalah  aspek-aspek psikologis  yang  meliputi  intelegensi, emosi,  social,  kepribadian  dan moral.  Aspek-aspek  kejiwaan  tersebut  akan    mengalami perubahan dalam pembelajaran secara simultan dan sinergitas.[1]
Dalam makalah ini kita akan membahas lebih rinci tentang aspek-aspek psikologis atau kejiwaan pada perkembangan peserta didik dalam pembelajaran.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penulisan di atas dapat kami ambil rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana aspek-aspek kejiwaan terhadap peserta didik?
2.      Apa saja aktifitas fungsi jiwa?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk menjelaskan aspek-aspek kejiwaan terhadap peserta didik
2.      Untuk menjelaskan aktifitas fungsi jiwa
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Aspek-aspek kejiwaan terhadap peserta didik
            Peserta didik dalam pembelajaran adalah  sesuatu yang unik. Hal tersebut ditandai dengan, bahwa peserta didik terdapat perbedaan antara  satu  peserta  didik  dengan peserta didik  yang  lain.  Perbedaan-nya   bisa   dalam   bentuk   perbedaan inteligensi, emosional, social, kepribadian, dan moral. Aspe-aspek kejiwaan tersebut menjadi fokus dari  setiap  kegiatan  pembelajaran.  Bila  hal  tersebut  tidak  dilakukan atau diperhatikan maka pembelajaran dianggap tidak berlangsung dan berjalan  sukses.  Aspek-aspek  kejiwaan  tersebut  dapat  diklasiofikasi sebagai berikut:
Pertama, Inteligensi   adalah   suatu   kecakapan   global   atau rangkuman kecakapan  seseorang  untuk  dapat  bertindak  secara  terarah, berpikir secara baik dan bergaul dengan lingkungan secara efesien. Pandangan  lain  adalah  intelegensi  biasa bermakna; a)Kemampuan untuk   belajar; b) Keseluruhan   pengetahuan   yang   diperoleh; c) Kemampuan  untuk  beradabtasi; d) Kecerdasan  untuk  mempertahan-kan atau memperjuangkan  tujuan  tertentu; e) Kemampuan  untuk melakukan  otokritik  dan  kemampuan  belajar  dari  kesalahan  yang dibuatnya”.[2]
Adapun  aspek-aspek  inteligensi  yang  dimiliki  oleh  setiap individu  yaitu;  1) Kepekaan  dan  kemapuan  untuk  mengamati  pola-pola  logis  dan  numeric  (bilangan)  serta  kemampuan  untuk  berpikir secara rasionalk/logis; 2) Kepekaan terhadap suara, ritme, makna kata-kata dan keragaman fungsi bahasa; 3) Kemampuan untuk menghasilkan  dan  mengapresiasikan  ritme  nada  dan  bentuk  ekspresi musik; 4) Kemampuan  mengepresi  dunia  ruang  visual  secara  akurat dan  melakukan transformasi  persepsi; 5) Kemampuan  untuk mengontrol   gerakan   tubuh   dan menangani   obyek-obyek   secara trampil; 6) Kemampuan  untuk  mengamati  dan  merespon  suara  hati, temparamen  dan  metivasi  orang  lain; 7) Kemampuan  untuk memahami   perasaan,   kekuatan   dan   kelemahan   serta   intelegensi sendiri. Aspek-aspek  tersebut  hendaknya  menjadi  dasar  apresiasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Aspek-aspek tersebutlah yang mengalami   perkembangan   dan   perubahan   sehingga   peserta   didik mencapai kematangan, kemajuan dan perkembangan kepribadian yang sempurna.
Kedua, Aspek   emosi. Emosi   pada   dasarnya   adalah   cinta, kegembiraan, keinginan, benci sedih dan kagum”. Dalam pandangan lain   emosi   adalah   hasil   persepsi   seseorang   terhadap   perubahan-perubahan  yang  terjadi pada tubuh sebagai respon terhadap rangsangan-rangsangan  yang  datang  dari  luar” Emosi  dapat  mempengaruhi perilaku   peserta   didik   berupa;   1) Memperkuat   semangat   apabila seseorang merasa senang atau puas terhadap hasil  yang telah dicapai; 2) melemahkan  semangat  apabila  timbul  rasa  kecewa  karena kegagalan dan sebagai puncak dari keadaan ini adalah timbulnya rasa prustasi; 3) menghambat dan mengganggu konsentrasi belajar apabila sedang  mengalami  ketegangan  emosi  yang  bisa  menimbulkan  sikap gugup  dan  gagap  dalam  berbicara; 4) terganggu  penyesuaian  sosial apabila  terjadi  rasa  cemburu  dan  iri  hati; 5) suasana  emosi  yang diterima dan  dialami  individu  semasa  kecilnya  akan  mempengaruhi sikap dikemudian  hari  baik  terhadap  dirinya  sendiri  maupun terhadap orang lain.
Ketiga. Aspek  sosial.  Perkembangan  sosial  dapat  dimaknai sebagai pencapaian  kematangan  dalam  hubungan  sosial.  Dapat  pula diartikan  sebagi ”proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma kelompok, moral  dan  tradisi  meleburkan  diri  menjadi  sesuatu kesatuan yang saling berkemunikasi dan bekerjasama” Pada  prinsipnya  setiap  orang  dilahirkan  memiliki  potensi  dan naluri  sosial  yang  memungkinkan  dirinya  dapat  bergaul  dan berinteraksi   dengan   manusia   lain   baik   secara   individu   maupun kelompok.  Interaksi  dengan  orang  lain  dan  kelompok  memberikan pengaruh  atau  ciri  dan  pengalaman  seorang  peserta  didik. Karenanya peserta   didik   secara   pribadi   dipentingkan   untuk   melakukan kemunikasi  dan  hubungan  sesial  dengan  sesama  yang  juga  dapat mendukung pencapaian proses pembelajaran yang lebih baik. Pembelajaran  yang  berlangsung  disekolah  sebagai  alat  dan media  paling  strategis  untuk  menanamkan  dan  menguatkan  potensi sosial  peserta  didik.  Peserta  didik  dilatih  untuk  bekerja  sama  dengan teman-temannya  saling  memberikan  dan  menerima  masukan.  Hal tersebutpun  sangat  baik  untuk  menanamkan  saling  pengertian diantara peserta didik   terhadap   peserta   didik   yang   lain.   Dengan demikian   peserta   didik   dapat   menekan   dan   mengurangi   egoism pribadi yang dapat merugikan dirinya dan orang lain disekitarnya
Keempat. Aspek  kepribadian.  Kepribadian  artinya  organisasi sistem  jiwa  raga  yang  dinamis  dalam  diri  individu  yang  menentukan penyesuaian diri yang unik terhadap lingkungan”.  Organisasi dinamis  artinya  bahwa  dalam  diri  seseorang  terdapat  sejumlah  aspek atau  unsur  yang  terus  berubah  secara  simultan.  Aspek-aspek  tersebut berupa;  sifat,  kebiasaan,  sikap-sikap  dan  bentuk-bentuk  yang  lain seperti  ukuran  dan  warna  kulit.  Organisme-organisme  tersebut  dapat mengalami  perubahan  dari  perlakuan  dan  keadaan  lingkungan disekitarnya.[3]
Adapun kepribadian yang baik pada diri seseorang atau peserta didik yaitu; 1) mampu menilai dirinya secara realistik Artinya peserta didik  dapat  menilai  diri  sebagaimana  apa  adanya,  baik  kelebihan maupun kekurangannya  baik  yang berhubungan  dengan fisik maupun dengan   psikisnya; 2)mampu   menilai   situasi   secara   realistik; 3) mampu   menilai   prestasi   bsecara   realistik,   4.menerima   tanggung jawab; 5) kemandirian; 6) dapat  mengontrol  emosi; 7) beraktivitas yang  selalu  berorientasi  tujuan; 8) penerimaan  sosial; 9) memiliki filsafat hidup; 10) dapat merasakan kebahagiaan.
Kepribadian  ada  pada  setiap  orang  dan  keadaannya  berbeda-beda antara  individu  dengan  individu  yang  lain.  Keberadaannya baru sebagai suatu  potensi  diri  yang  dengannya  akan  mengalami  perubahan yang   sangat   dipengaruhi   oleh   lingkungan   dimana   seseorang   itu berada. Peserta didik  yang dengan kepribadiannya akan menyedorkan untuk ditumbuh  kembangkankearah  kematangan.  Pembelajaran  yang berlangsung disekolah sangat strategis baik sebagai lembaga maupun hubungan  individu  untuk  mempengaruhi  dan  merubah  kepribadian peserta didik. Materi ajar yang disampaikan oleh seorang guru dengan nilai-nilai  kearifan yang  ada  didalamnya  akan  dapat  mengubah  cara pandang  dan  sikap  yang  dimiliki  peserta  didik.  Demikian  halnya dengan  hubungan  dan  interaksi  yang  diciptakan  oleh  guru  dapat merangsang perubahan kepribadian kearah yang lebih baik.
Kelima, Aspek moral. Moral berarti adat istiadat, kebiasaan, peraturan/nilai-nilai  atau  tatacara  kehidupan.  Nilai-nilai  moral dapat pula  berupa  seruan  untuk  berbuat  baik  kepada  orang  lain,  memlihara ketertiban  dan  keamanan,  memelihara  kebersihan  dan  hak  orang  lain. Makna lain yang dikandung dari nilai-nilai moral juga berupa dilarang mencuri, berzina, membunuh, minum-minuman keras dan berjudi.
Moral  bagi   peserta   didik   dapat   berkembang   melalui;   1) pendidikan langsung yaitu melalui penanaman pengertian tingkah laku yang benar dan  salah,  atau  baik  dan  buruk  oleh  orang  tua  dan  guru atau orang dewasa yang lain; 2) identifikasi yaitu dengan mengidentifikasi  dan  meniru  penampilan  atau  tingkah  laku  moral seseorang  yang menjadi  idola  seperti  orang  tua,  guru,  kiyai  artis  dan orang   dewasa   lainnya; 3) proses  coba-coba   yaitu   dengan   cara mengembangkan tingkah laku moral dengan coba-coba. Tingkah laku yang  mendatangkan  pujian  atau  penghargaan  akan  terus  dikembang-kan sedangkan tingkah laku yang mendatangkan hukuman atau celaan akan dihentikan.
Untuk mengetahui  nilai-nilai  moral  bagi  peserta  didik, diperlukan   latihan dan pembiasaan dalam berbagai hal dan kesempatan. Peserta didik dibiasakan mengidentifikasi perbuatan yang bermakna kebaikan   dan keburukan   mulai   dari   berbicara   sampai kepada  berbuat  sesuatu.  Misalnya  bombe  (bahasa  anak-anak) perlu diberitahu oleh guru dan sekaligus mengklarifikasi, sebab   bisa bernuansa  permusuhan,  guru  perlu  menyambung  komunikasi  yang baik  kepada  perserta  didik  sehingga  perbedaan  dikalangan  peserta didik  dapat  diminimalisir  untuk  membangun  kerjasama  yang  baik diantara  sesama  peserta  didik.  Hal  lain  yang  harus  ditumbuhkan adalah  dengan  melatih  ketajaman  analisa  bagi  peserta  didik  terhadap sikap  dan  perilaku  orang  dekatnya  seperti  orang  tua,  guru,  kiyai  dan orang  dewasa  yang  biasa  bergaul. Peserta  didik  dilatih
Mengidentifikasi sikap  orang  tersebut  tetapi  penekanannya  pada  perbuatan  yang  baik. Kagumnya terhadap  orang  tertentu  bukan  karena  nilai-nilai  negatif yang  dimilikinya  tetapi  nilai  positif.  Sehingga  akan  ada  upaya  bagi peserta didik untuk menjadikannya sebagai perilaku dalam hidupnya. Mungkin  yang  tidak  biasa  ditemukan  dalam  hidup  peserta didik  baik disekolah,  dirumah  dan  dimasyarakat  adalah  memuji sesama bila melihat perbuatan baik. Sekolah sebaiknya mentransformasi dan  membiasakan  peserta  didik  memahami  perbuatan  baik  temannya sekaligus memberikan pujian perbuatan baik temannya.
Keenam. Aspek kepribadian. Kepribadian merupakan terjemahan dari  personality.  Personality  berasal  dari  kata  person  artinya  kedok dan  personare  artinya  menembus.  Kepribadiaan  adalah  organisasi dinamis dalam   diri   individu   sebagai   sistem   psikofisis   yang menentukan caranya yang  khas  dalam  menyesuaikan  diri  terhadap lingkungan”
Kepribadian  memang  relatif  konstan,  namun  dalam kenyataan   sering   ditemukan   bahwa   perubahan   kepribadian   dapat terjadi   yang dipengaruhi   lingkungan   sekitar, baik   rumah   tangga, sekolah dan masyarakat. Kepribadian  yang  dalam  dinamikan  kejiwaan  masih  bersifat elastis  artinya  perubahan  dapat  ditentukan  oleh  keadaan  yang mengitarinya.  Meskipun  ada  potensi  diri  yang  dimiliki  manusia  yang turut  juga  memberikan  pengaruh  seperti  hereditas  (aspek  individu yang bersifat bawaan yang memiliki potensi untuk berkembang)[4]
Adapun  aspek-aspek  kepribadian  yang  dimiliki  oleh  setiap orang  atau  peserta  didik  yaitu;  1) aspek  kognisi  berupa  pemikiran, ingatan  hayalan,  daya  bayang,  inisiatif,  kreatifitas,  pengamatan  dan pengindraan.  Fungsi  aspek  kognisi  adalah  menunjukkan  jalan, mengarahkan  dan mengendalikan  tingkah  laku; 2) aspek  afeksi  yaitu bagian  kejiwaan  yang  berhubungan  dengan  kehidupan  alam  perasaan atau emosi. Pada aspek afeksi dikenal dengan konasi atau psikomotorik berupa  hasrat,  kehendak,  kemauan,  keinginan,  kebutuhan,  dorongan. Aspek  tersebut  berfungsi  sebagai  energi  atau  menaga  mental  yang menyebabkan   manusia bertingkah   laku; 3) Aspek   motorik   yang berfungsi  sebagai  pelaksana  tingkah  laku  manusia  seperti  perbuatan dan gerakan  jasmani

B.     Fungsi aktifitas jiwa
1.      Jiwa kognisi (pengenalan)
Dalam melaksanakan aktivitas atau kegiatan manusia bekerja dengan alat-alat kejiwaan dalam dirinya, ada beberapa macam istilah yang dipergunakan oleh para ahli psikoolgi dalam menyebut alat-alat kejiwaan itu, antara lain bigot, kohstamm, dan Palland menyebutnya dengan peristiwa-peristiwa kesadaran (Biwuzt Zynder-Schyselen). Kupyer mengistilahkan fungsi-fungsi jiwa (psychishe-function).[5]
Istilah penggunaan fungsi-fungsi jiwa dimaksudkan untuk menunjukkan bentuk umum bagian-bagian jiwa yang berfungsi dan dapat siap untuk aktif, seperti fungsi pengamatan, tanggapan, dan sebagainya.
Fungsi-fungsi  jiwa dalam kegiatannya sangat banyak dan rumit. Untuk menyederhanakannya, para ahli menggolongkannya menurut alat yang berfungsi. Sehubungan dengan hal ini, Aristoteles membagi aktifitas atau kegiatan jiwa individu menjadi dua golongan yaitu:
1.      Kemampuan manusia menerima stimulus dari luar. Keampuan ini berhubungan dengan pengenalan (kognisi)
2.      Kemampuan manusia untuk melehirkan apa yang terjadi di dalam jiwanya. Kemampuan ini berhubungan dengan motif dan kemauan (konasi)
Terjadi pembagian kekuatan jiwa individu menjadi tiga golongan besar disebut Trikotomi, yang terdiri dari kognisi, konasi, dan emosi.
1.      Pengamatan
Pengamatan sebagai fungsi jiwa dapat di artikan sebagai unit organisasi dan interpretasi kesan-kesan timbul yang merupakan hasil pekerjaan indra sehingga individu dapat memberikan kenyataan yang ada di sekitarnya.


2.      Tanggapan
Tanggapan sebagai salah satu fungsi jiwa yang pokok dapat diartikan sebagai kesan-kesan imajinatif bagi individu sebagai akibat pengamatan, objek-objek yang diamati tidak lagi berada dalam ruangan dan waktu pengamatan.
3.      Fantasi
Fantasi dapat diartikan sebagai kemampuan daya jiwa untuk membentuk tanggapan-tanggapan baru dengan bantuan tanggapan-tanggapan yang sudah ada tidak perlu sesuai dengan benda-benda yang ada. Kemampuan jiwa manusia membentuk tanggapan baru, yaitu berupa “imajinasi”.
4.      Ingatan
Ingatan dapat diartikan sebagai kesanggupan jiwa untuk mecamkan, menyimpan, dan mereproduksi suatu tanggapan. Rumusan devinisi yang dikatakan bahwa ingatan adalah suatu aktifitas tempat pengetahuan manusia berasal (berdasarkan kesan-kesan dari masa lampau).
5.      Berpikir
Berpikir merupakan fungsi jiwa yang mengandung pengertian yang luas karena mengandung maksud dan tujuan memecahkan masalah, menemukan hubungan, dan menentukan sangkut paut antara masalah satu yang lainnya. Berkenaan dengan masalah berpikir,
6.      Inteligensi
Menurut salah satu ahli Bigot-Kohstamm inteligensi adalah suatu kemampuan untuk melakukan perbutan jiwa dengan cepat.
Berdasarkan devinis-devinisi di atas, inteleginsi menunjukkan bagaimana cara individu bertingkah laku dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Tingkah laku individu dinyatakan “intelegen” berdasarkan kesanggupan untuk melakukan suatu aktifitas, yaitu berpikir.[6]
Jean Piaget mendenifisikan inteligensi diartikan sama dengan kecerdasan, yaitu seluruh kemampuan berpikir dan bertindak secara adatif termasuk kemampuan  mental yang kompleks, seperti berpikir, mempertimbangkan, menganalisis, mensinesis, mengavaluasi, dan menyelesaikan persoalan.[7]

2.      Jiwa Konasi (kehendak)
1.      Motivasi
Motivasi dapat dipandang sebagai suatu istilah umum yang menunjukkan pada penganturan tingkah laku individu ketika kebutuhan atau dorongan dari dalam dan dari lingkungannya mendorong individu untuk memuaskan kebutuhan menuju tercapainya tujuan yang diharapkan.
2.       Frustasi
Frustasi diartikan sebagai rasa kecewa karena keinginan tidak terpuskan . dorongan yang teramat kuat untuk mewujudkan suatu tujuan dari individu menimbulkan kekuatan aktif dari dalam yang dapat memengaruhi pikiran, perasaan, tngkah laku, dan financial terhadap nilai-nilai pada diri individu. Apabila individu gagal mewujudkan tujuannya itu, maka akan mengakibatkan frustasi.
3.      Jiwa Emosi
Fungsi jiwa emosi merupakan bagian integral dari pengalaman manusia. Emosi, perasaan, maupun sugesti akan dapat menambah kesenangan maupun kesedihan seeseorang.
1.      Emosi
Istilah “emosi” diartikan sebagai suatu keadaan yang muncul dari organism manusia sebagai sebab-akibat antara emosi dan salah satu pengalaman-pengalaman batiniah seperti dorongan-dorongan, keinginan motif, dan lain-lain.
Emosi adalah suatu pengalaman yang sadar memengaruhi kegiatan jasmani dan efektif (melalui unsure perasaan) yang mengikuti keadaan-keadaan fisiologisdan mental yang muncul dan menyesuaikan batiniah dan yang mengekspresikan diri dalam tingkah laku yang tampak.
2.      Perasaan
Suatu pengalaman individu disertai dengan suasana keraguan . terdapat keraguan-keraguan apakah perasaan puas ataupun kecewa itu ada dengan sendirinya di dalam situasi ketika individu mengalaminya ataukah hal itu berhubungan dengan situasi-situasi sebagai hasil belajar.
Tingkah laku yang berhasl ditandai dengan suasana erasaan yang menyenangkan atau memuaskan. Sebaliknya, apakah tidak berhasil atau memberikan rasa kecewa pengalaman-pengalaman yang menimbulkan frustasi atau konflik.
4.      Jiwa Campuran
1.      Perhatian
Perhatian sebagai selah satu aktivitas psikis (jiwa) diartikan sebagai keaktifan jiwa yang dipertinggi. Jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu objek (benda atau hal) ataupun sekumpulan objek-objek dengan perkataan lain perhatian adalah konsentrasi psikis (jiwa) terhadap objek.
2.      Kelelahan
Akibat melaksanakan macam-macam aktivitas manusia membutuhkan kekuatan atau kemampuan.pada suatu saat dalam melaksanakan suatu aktifitas, baik yang berhubungan dengan jasmania atau rohani seseorang akan mengalami penurunan kekuatan untuk berbuat. Peristiwa menurunnya kekuatan manusia untuk melaksanakan aktivitas itu disebut kelelahan.
3.      Segesti
Sugesti dapat diartikan “kesan” ataupun “keyakinan di dalam hati seseorang”. Dalam sugesti, fungsi pikiran, perasaan,dan kemauan betul-betul dikesampingkan. Itulah sebabnya, sugesti merupakan suatu desakan keyakinan kepada seseorang yang diterima tanpa pertimbangan secara mendalam.[8]





BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pertama, Inteligensi   adalah   suatu   kecakapan   global   atau rangkuman kecakapan  seseorang  untuk  dapat  bertindak  secara  terarah, berpikir secara baik dan bergaul dengan lingkungan secara efesien”. Kedua, Aspek   emosi. Emosi   pada   dasarnya   adalah   cinta, kegembiraan, keinginan, benci sedih dan kagum”.  Ketiga. Aspek  sosial.  Perkembangan  sosial  dapat  dimaknai sebagai pencapaian  kematangan  dalam  hubungan  sosial.  Keempat. Aspek  kepribadian.  Kepribadian  artinya  organisasi sistem  jiwa  raga  yang  dinamis  dalam  diri  individu  yang  menentukan penyesuaian diri yang unik terhadap lingkungan”. Kelima, Aspek moral. Moral berarti adat istiadat, kebiasaan, peraturan/nilai-nilai  atau  tatacara  kehidupan.  Nilai-nilai  moral dapat pula  berupa  seruan  untuk  berbuat  baik  kepada  orang  lain,  memlihara ketertiban  dan  keamanan,  memelihara  kebersihan  dan  hak  orang  lain.
Fungsi aktifitas jiwa (1) Jiwa kognisi (pengenalan) Istilah penggunaan fungsi-fungsi jiwa dimaksudkan untuk menunjukkan bentuk umum bagian-bagian jiwa yang berfungsi dan dapat siap untuk aktif, seperti fungsi pengamatan, tanggapan, dan sebagainya. (2) Jiwa Konasi (kehendak) yaitu motivasi frustasi (3) Jiwa Emosi fungsi jiwa emosi merupakan bagian integral dari pengalaman manusia. Emosi, perasaan, maupun sugesti akan dapat menambah kesenangan maupun kesedihan seeseorang. (4) Jiwa Campuran yaitu (a) Perhatian (b) Kelelahan (c) Segesti.

B. Saran
Demikianlah makalah ini yang kami buat, namun kami merasa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami menginginkan kritik dan saran agar makalah ini menjadi lebih baik dan sesuai dengan yang diinginkan.



DAFTAR PUSTAKA

Yahd Muh, Pembelajaran Dengan Mempertahankan Aspek Kejiwaan Peserta Didk, (http://docplayer.info/399581-Pembelajaran-dengan-memperhatikan-aspek-kejiwaan-peserta-didik.html)  Diakes pada 2 September 2016.
Baharuddin, PendidikanDan Psikologi Perkembangan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2014).
Ali Mohammad dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004).


[1] Muh Yahdi, Pembelajaran Dengan Mempertahankan Aspek Kejiwaan Peserta Didik, (http://docplayer.info/399581-Pembelajaran-dengan-memperhatikan-aspek-kejiwaan-peserta-didik.html) Diakes pada 2 September 2016.

[2] Muh Yahdi, Pembelajaran Dengan Mempertahankan Aspek Kejiwaan Peserta Didik, (http://docplayer.info/399581-Pembelajaran-dengan-memperhatikan-aspek-kejiwaan-peserta-didik.html) Diakes pada 2 September 2016.
[3] Muh Yahdi, Pembelajaran Dengan Mempertahankan Aspek Kejiwaan Peserta Didik, (http://docplayer.info/399581-Pembelajaran-dengan-memperhatikan-aspek-kejiwaan-peserta-didik.html) Diakes pada 2 September 2016.
[4] Muh Yahdi, Pembelajaran Dengan Mempertahankan Aspek Kejiwaan Peserta Didik, (http://docplayer.info/399581-Pembelajaran-dengan-memperhatikan-aspek-kejiwaan-peserta-didik.html) Diakes pada 2 September 2016.
[5] Baharuddin, PendidikanDan Psikologi Perkembangan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2014) hlm, 37
[6] Baharuddin, PendidikanDan Psikologi Perkembangan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2014) hlm, 39-53
[7] Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004) hlm, 37
[8] Baharuddin, PendidikanDan Psikologi Perkembangan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2014) hlm, 59

1 comment:

  1. As stated by Stanford Medical, It's really the ONLY reason women in this country get to live 10 years longer and weigh 42 lbs lighter than us.

    (And realistically, it has absolutely NOTHING to do with genetics or some secret diet and EVERYTHING related to "how" they are eating.)

    BTW, What I said is "HOW", not "WHAT"...

    CLICK on this link to find out if this short quiz can help you find out your real weight loss possibilities

    ReplyDelete