BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Peserta
didik adalah makhluk sosial, sebagai makhluk sosial ia membutuhkan orang lain
untuk tumbuuh kembang menjadi manusia seutuhnya. Dalam perkembanagannya
pendapat dan siskap peserta didik dapat berubah karena interaksi dan saling
berpengaruh antar sesama peserta didik maupun dengan proses sosialisasi pesera
didik.
Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat
sosial, dalam artian belum memiliki kemampuan dalam berbagai kesempatan dan
pengalaman bergaul dengan orang-orang di lingkungannya. Kebutuhan berinteraksi
dengan orang lain telah dirasakan sejak usia enam bulan, disaat itu mereka
telah mampu mengenal manusia laiin, terutama ibu dan anggota keluarganya. Anak
sudah mampu membedakan senyum dan ekspresi-ekpresi lainnya.
Perkembangan sosial pada masa remaja
berkembang umtuk memahami orang lain sebagi individu yang unik. Baik menyangkut
sifat-sifat pribadi, minat, dan nilai-nilai atau perasaan sehingga mendorong
remaja untukbersosialisasi lebih akrab denagn lingkungan sebayanya dan
lingjungan masyarakat, baik melalui persahabatan atau percintaan. Masa dewasa
merupakan masa tenang setelah mengalami berbagai aspek gejolak perkembangan
pada masa remaja. Meskipun segi-segi yang dipelajari sama tetapi isi bahasannya
berbeda, karena pada masa dewasa merupakan masa pematangan kemampuan dan
karakteristik yang telah dicapai pada masa remaja. Oleh karena itu perkembangan
sosial orang dewasa tidak akan jauh berbeda kaitannya dengan perkembangan
sosial remaja.[1]
Berdasarkanhal-hal yang diuraikan di atas
maka penyusun akan menyusun makalah dengan judul ”Konsep Dasar Belajar”.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa arti
penting belajar?
2.
Apa definisi belajar?
3.
Apa saja contoh
belajar?
4.
Bagaimana
pengertian memori dan pengetahuan?
C.
Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini ialah sebagai berikut:
1.
Menjelaskan
arti penting belajar .
2.
Menjelaskan
definisi belajar .
3.
Menjelaskan
contoh belajar.
4.
Menjelaskan
pengertian memori dan pengetahuan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Arti Penting Belajar
Belajar adalah key term yang paling vital dalam setiap usaha
pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan.
Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam
berbagaidisiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya kependidikan, misalnya
psikologi pendidikan. Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan
dan makna yang terkandung dalam belajar. Karena kemampuan berubahlah manusia
terbebas dari kemandegan fungsinya sebagai khalifah di bumi. Selain itu, dengan
kemampuan berubah melalui belajar itu, manusia secara bebas dapat
mengeksplorasi, memilih, dan menetapkan keputusan-keputusan penting untuk
hidupnya.
Banyak sekali
bentuk-bentuk perubahan yang terdapat dalam diri manusia yang tergantung pada
belajar, sehingga kualitas peradaban manusia juga tergantung pada apa dan
bagaimana ia belajar. Belajar juga memainkan peran penting dalam mempertahankan
kehidupan sekelompok umat manusia (bangsa) di tengah-tengah persaingan yang
semakin ketat diantara bangsa-bangsa lainnya yang lebih maju karena belajar.
Akibat persaingan tersebut, kenyataan tragis juga terjadi karena belajar.
Contoh, tidak sedikit orang pintar dan berpendidikan menggunakan kepintarannya
untuk mendesak dan menghancurkan kehidupan orang lain.
Kenyataan tragis
lainnya yang lebih parah juga muncul karena hasil belajar. Hasil belajar
pengetahuan dan teknologi tinggi, misalnya, tak jarang digunakan untuk membuat
senjata pemusnah sesama umat manusia. Alhasil, kinerja akademik (academik
performance) yang merupakan hasil belajar itu, disamping membawa manfaat,
terkadang juga membawa mudarat. [2]
B. Definisi Belajar
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang
sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis danjenjang pendidikan.
Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu
sangat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketikaia berada
di sekolah maupun dilingkungan rumah atau keluarganya sendiri.
Crow & Crow
menyatakan bahwa belajar adalah memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetauan dan
sikap. Merunut mereka hal-hal ynag dirumuskan diatas meliputi cara-cara baru
guna melakukan suatu upaya memperoleh penyesuaian diri terhadap situasi baru.
Hilgard &
Bower mendefinisikan, belajar itu berhubungan dengan tingkah laku seseorang
terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang
berulang-ulang dalam situasi itu, dan perubahan tingkah laku tersebut tidak
dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan respons pembawaan, kematangan, atau
keadaan sesaat seseorang.
Laurine
mengemukakan pengertian belajar sebagai modifikasi atau memperteguh kelakuan
melalui pengalaman. Menurut pengertian ini belajar merupakan proses.[3]
Howard L. Kingsley
mendefinisikan belajar sebagai learning is the process by wich behavior (in
the broader) is originated or changed through practice or training, (belajar
adalah proses ketika tingkah laku ditimbulkan atau di ubah melalui praktik atau
latihan).[4]
Dari beberapa
pengertian diatas dapat di tarik sebuah kesimpulan tentang arti belajar, yaitu
tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang diebabkan oleh
pengalamannya, yang diperoleh melalui suatu proses praktik atau latihan.
Belajar merupakan
kegiatan yang paling banyak dilakukan orang. Belajar dilakukan hampir setiap
waktu, kapan saja, dan dimana saja. Dikalangan masyarakat umum dan awam,
belajar diartikan monopoli anak disekolah. Tetapi adapila yang memaknai bahwa
belajar juga bisa dilakukan di rumah. Dikalangan kaum awam belajar terkadang
diartikan dengan menghafal, atau mengulang pelajaran sekolah. Belajar merupakan
aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan pengetahuan, dan perubahan
dirinya melalui pelatihan-pelatihan dan pengalaman-pengalaman.
Belajar dapat
membawa perubahan bagi seseorang, baik perubahan pengetahuan, sikap, maupun
keterampilan. Dengan perubahan hasil belajar tersebut seseorang dapat
memecahkan suatu permasalahan dan dapat meneyesuaikan diri dengan lingkungannya,
perubahan-perubahan belajar tersebut membawa dampak positif.[5]
C. Contoh Belajar
Dalam mempermudah pemahaman anda mengenai bagaimana sebenarnya
proses belajar itu berlangsung, berikut ini penyusun akan kemukakan beberapa
contoh sederhana sebagai gambaran.
Contoh pertama: Seorang
anak balita mendapat mobil-mobilan dari ayahnya. Lalu ia mencoba mainan
tersebut dengan cara memutar kuncinya dan meletakkannya di tempat yang datar.
Perilaku “memutar" dan “meletakkan” tersebut merupakan reaksi atau respons
atas rangsangan yang timbul atau yang ada pada mainan tersebut (misalnya: kunci
dan roda).
Pada tahap
permulaan, respons anak terhaadap stimulus yang terdapatpada mainan tersebut
biasanya tidak tepat,atau tidak teratur. Namun berkat latihan dan pengalaman berulang-ulang,
lambat laun anak menguasai dan akhirnya dapat memainkan mobil-mobilan tersebut
dengan baik dan sempurna.
Contoh kedua:
bayangkan bahwa anda sedang berada dalam sebuah ruangan yang pintu dan
jendelanya terkunci, anda sangat lapar, tetapi tidak tahu bagaimana mengatasi
lapar itu. Apakah yang dapatanda lakukan? Mungkin anada akan berteriak minta
tolong, akan tetapi anda tidak melakukannya. Daripada berteriak, anda merasa
lebih baik mengelilingi ruangan itu danmengamati ruangan itu secara
keseluruhan, mencoba meraba-raba sambil mencari sesuatu berkali-kali.
Akhirnya anda
menemukan tombol dekat lubang yang lebarnya kira-kira 10 cm, anda menekan tombol
itu, kemudian terdengar bunyi “tit-tit-tit” seperti bom. Dari lubang itu
kemudian jatuh suatu benda tipis, dan ternyata benda tersebut adalah biskuit,
kemudian biskuit ini anda makan. Selanjutnya, karena anda masih merasa lapar
tombol itu anda tekan lagi berkali-kali untuk menghasilkan lebih banyak
biskuit.
Dalam situasi
tersebut, tombol dan lubang tadi adalah stimulus. Sedangkan rasa lapar yang
anda rasakan adalah motivasi. Keduanya kemudian menimbulkan respons khusus
(penekanan tombol) yang akan terus meningkat dan teratur,karena adanya penguat (reinforcer)
yakni biskuit. Peristiwa ini dalam psikologi belajar dikenal dengan istilah instrumental
conditioning atau operant conditioning.
Belajar tidak
hanya ditandai oleh adanya interaksi antara stimulus dengan respons, melainkan
karena adanya self direction, pengaturan dan pengarahan diri ynag di
kontrol oleh otak. Fungsi otak sebagai pengendali seluruh aktivitas mental dan
behavioral.
Contoh: seorang
balita sedang belajar kata “kucing” dari ibunya. Ketika anak itu mellihat
seekor kucing berwarna hitam, ibunya berkata “itu kucing”, kemudian anak itu
menirukan “itu kucing”. Citra kucing yang ia lihat menjadi echoic memory
yang diserap oleh sensory register dan tersimpan dalam gudang sementara
selama kurang dari satu detik. Kemudian informasi dalam bentuk citra dan gema
tersebut (iconic & echoic) diserap oleh short term memory
(subsistemakal jangka pendek) untuk di proses menjadi arti-arti selama kurang
dari satu detik, namun masih diserap oleh subsistem memori dan akal permanen.
Dalam subsistem anak balita balita tadi telah tersimpan item-item lainnya yang
pernah ia lihat atau ia dengar sebelumnya.
Kemudian keesokan
harinya anak balita tadi melihat kucing, dan ibunya bertanya, “itu apa?”saat
pertanyaan ini diterima, sistem akal anak tersebut kembali berproses mencari
jawaban, dan hasilnya di luar dugaan. Ternyata bukan hanya kata “kucing” yang
ia peroleh, melainkan juga kata “bagus” dan kata “suka” dalam tatanan yang
logis. Ia menjawab, “ itu kucingbagus,
saya suka” Padahal struktur kalimat yang melibatkan kata itu (kucing, suka, dan
bagus) tak pernah ia pelajari. Bahkan kucing yang ia lihat berbeda warnanya
dengan kucing yang ia lihat sebelumnya.[6]
Alhasil, belajar
pada hakikatnya merupakan proses kognitif yang mendapat dukungan dari fungsi
ranah psikomotor. Fungsi psikomotor dalam hal ini meliputi: mendengar, melihat,
mengucapkan. Apapun jenis manifestasi belajar yang dilakukan seorang individu,
hampir dapat dipastikan selalu melibatkan fungsi ranah akalnya yang intensitas
penggunaannya tentu berbeda dengan peristiwa belajar lainnya.
D. Memori Dan Pengetahuan
Best, menyatakan
bahwa setiap informasi yang kita terima sebelum masuk dan di proses oleh subsistem
akal pendek (short term memory) terlebih dahulu disimpan sesaat atau
tepatnya lewat, karena hanya dalam waktu seperkian detik, dalam tempat
penyimpanan sementara yang disebut sensory memory alias sensory
register yakni subsistem yang penyimpanan pada syaraf indera penerima
informasi. Dalam dunia kedokteran subsistem ini disebut ”syarat sensori” yang
berfungsi mengirimkan implus ke otak. Dengan demikian, struktur sistem akal
manusia terdiri atas tiga subsistem, yakni: sensory register, short term
memory, dan longterm memory. Istilah memori dalam hal ini di sebut
dengan “storage” atau tempat penyimpangan informasi.
Pengetahuan
deklaratif atau pengetahuan proposional ialah pengetahuan mengenai informasi
faktual yang pada umumnya bersifat statis-normatif dan dapat dijelaskan secar
lisan atau verbal. Isi pengetahuan ini berupa konsep-konsep dan fakta yang
dapat ditularkan kepada orang lain melalui ekspresi tulisan dan lisan. [7]
Sebaliknya
pengetahuan prosedural adalah pengetahuan yang mendasari kecakapan atau
keterampilan perbuatan jasmaniah yang cenderung bersifat dinamis. Namun
pengetahuan ini sangat sulit –kalau bukan mustahil- diuraikan secara
lisan,meskipun mudah didemonstrasikan dengan perbuatan nyata. Oleh karena itu,
pengetahuan prosedural lazim disebut sebagai knowing how atau
“mengetahui cara” melakukan suatu perbuatan, pekerjaan, dan tugas tertentu.
Contoh: kemahiran
seorang siswa dalam mengendarai sepeda, ia tahu bagaimana cara mengendarai
sepeda, bahkan ia mampu “melepas tangan”. Pengetahuan yang bersifat
keterampilan ini tetap bertahan dalam diri siswa tersebut walaupun telah
ditinggalkan bertahun-tahun, akan tetapi ketika ditanya mengapa ia pandai
mengendarai sepeda, ia tidak mampu menjelaskannya. Dalam hal ini meskipun
pengetahuan tersebut tersimpan dalam memorinya, siswa tersebut memerlukan
pengetahuan pengetahuan normatif mengenai “gravitasi bumi” dan “gaya” yang
membuat keseimbangan tubuh ketika mengendarai sepeda. Selanjutnya ditinjau dari
sudut jenis informasi dan pengetahuan yang disimpan. Memori manusia itu terdiri
dari dua macam yaitu:
1. sematic memory (memori sematik) yaitu memori khusus yang
menyimpan arti-arti atau pengertian-pengertian.
2. episodic memory (memori episodik) yaitu memori khusus
yang menyimpan informasi tentang peristiwa-peristiwa.
Menurut Reber, dalam memori simatik informasi yang diterima
ditansformasikan dan diberi kode arti, lalu disimpan atas dasar arti itu. Jadi
informasi yang kita simpan tidak dalam bentuk aslinya, tetapi dalam bentuk kode
yang memiliki arti. Seorang siswa yang memiliki informasi hasil proses semantik
seperti itu akan dapat mempertahankan dan mendayagunakan dalam waktu yang lebih
lama dan dalam situasi yang lebih kompleks.
Sesuai dengan
namanya, banyak ahli yang percaya bahwa memori semantik itu berfungsi menyimpan
konsep-konsep yang signifikan dan bertalian antara satu dengan lainnya. Contoh:
Ahmad berkata, “saya tau merpati adalah jenis burung yang memiliki sayap”.
Dalam kalimat deklaratif ini, merpati selalu mengacu pada burung sebab burung
merupakan superordinate bagi unggas-unggas sejenis merak, bangau,
kenari, dan lain sebagainya. Sedangkan sayap adalah characteristic bagi
burung-burung atau hewan unggas pada umumnya.
Apabila
pengetahuan ahmad tadi kita gambarkan, kurang lebih tatanan atau organisasi
item-item informasi yang tersimpan dalam memori permanen siswa tersebut adalah
seperti model di bawah ini:
(adalah) sayap (characteristic)
Butir-butir
informasi yang terungkap dalam kata “burung” dan sayap di atas selanjutnya
dapat diberlakukan oleh memori Ahmad untuk menjelaskan artikonsep bangau,
perkutut, dan hewan unggas lainnya yang memiliki superordinate dan
karakteristik supaya dengan merpati. Alhasil item-item informasi yang tersimpan
dalam memori sematik bersifat dinamis dan dapat dioleh serta diaplikasikan oleh
akal Ahmad untuk memahami fenomena lain yang relevan dengan item-item informasi
tersebut.[8]
BAB III
PENUTUP
A. Penutup
Belajar adalah key term yang paling vital dalam setiap usaha
pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan.
Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam
berbagaidisiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya kependidikan, misalnya
psikologi pendidikan. Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan
dan makna yang terkandung dalam belajar. Karena kemampuan berubahlah manusia
terbebas dari kemandegan fungsinya sebagai khalifah di bumi. Selain itu, dengan
kemampuan berubah melalui belajar itu, manusia secara bebas dapat
mengeksplorasi, memilih, dan menetapkan keputusan-keputusan penting untuk
hidupnya.
Belajar adalah
kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam
setiap penyelenggaraan jenis danjenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil
atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu sangat bergantung pada proses
belajar yang dialami siswa, baik ketikaia berada di sekolah maupun dilingkungan
rumah atau keluarganya sendiri.
Contoh pertama:
Seorang anak balita mendapat mobil-mobilan dari ayahnya. Lalu ia mencoba mainan
tersebut dengan cara memutar kuncinya dan meletakkannya di tempat yang datar.
Perilaku “memutar" dan “meletakkan” tersebut merupakan reaksi atau respons
atas rangsangan yang timbul atau yang ada pada mainan tersebut (misalnya: kunci
dan roda).
Pada tahap
permulaan, respons anak terhaadap stimulus yang terdapatpada mainan tersebut
biasanya tidak tepat,atau tidak teratur. Namun berkat latihan dan pengalaman
berulang-ulang, lambat laun anak menguasai dan akhirnya dapat memainkan
mobil-mobilan tersebut dengan baik dan sempurna.
Best, menyatakan
bahwa setiap informasi yang kita terima sebelum masuk dan di proses oleh
subsistem akal pendek (short term memory) terlebih dahulu disimpan
sesaat atau tepatnya lewat, karena hanya dalam waktu seperkian detik, dalam
tempat penyimpanan sementara yang disebut sensory memory alias sensory
register yakni subsistem yang penyimpanan pada syaraf indera penerima
informasi. Dalam dunia kedokteran subsistem ini disebut ”syarat sensori” yang
berfungsi mengirimkan implus ke otak. Dengan demikian, struktur sistem akal
manusia terdiri atas tiga subsistem, yakni: sensory register, short term
memory, dan longterm memory. Istilah memori dalam hal ini di sebut
dengan “storage” atau tempat penyimpangan informasi.
B. Saran
Demikianlah makalah ini yang kami
buat, namun kami merasa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu
kami menginginkan kritik dan saran agar makalah ini menjadi lebih baik dan
sesuai dengan yang diinginkan.
[1] Sunarto
dan Hartono,
[2] Muhibbin Syah, Psikologi
Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung, PT. Remaja Karya, 2002),
hlm.94-96.
[3] Noer Rohmah, Psikoligi
Pendidikan, (Yogyakarta,Teras, 2012), hlm. 173-174.
[4] Isyqika
Zaherta, Memahami Konsep Dasar Belajar, (ermahfir. Blogsport.com),
diunduh pada 04- 09-2016, jam 22:07 WIB.
[5] Abin
Syamsuddin Makmun, PsikologiPendidikan, (Bandung, PT. Rosda Karya,2012),
hlm. 157-158.
[6] Muhibbin Syah, Psikologi
Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung, PT. Remaja Karya, 2002),
hlm.92-94.
[7] Ibid, hlm. 97.
[8] Ibid, hlm
98-99.
Strange "water hack" burns 2lbs overnight
ReplyDeleteMore than 160 thousand men and women are trying a easy and SECRET "liquids hack" to burn 2lbs each and every night while they sleep.
It is proven and works on anybody.
You can do it yourself by following these easy steps:
1) Hold a drinking glass and fill it half glass
2) And then learn this strange HACK
and you'll become 2lbs thinner in the morning!