Saturday 24 December 2016

EVALUASI PENDIDIKAN TES OBJEKTF

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Tes obyektif (onjective test) yang juga di kenal dengan istilah tes jawaban pendek (short answer test), tes “ya-tidak” (yes-no test) dan test model baru ( new type test), adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal (item) yang di jawab oleh testee dengan jalan memilih salah satu atau lebih di antara beberapa kemungkinan jawaban yang telah di pasangkan pada masing-masing item atau dengan jalan menulisakan (mengisikan) jawabannya berupa kata-kata atau simbol-simbol tertentu pada tempat atau ruang yang telah di sediakan untuk masing-masing butir item yang bersangkutan.[1]
Item test objektif bentuk lain yang juga banyak dipakai para guru dalam evaluasi di kelas adalah item test objektif (objective test selection type). Tes ini di namakan test objek pilihan, karena para siswa diharuskan memilih salah satu jawaban benar dari sejumlah jawaban yang telah di sediakan oleh evaluator. Item test objektif ini oleh sebagian ahli penilaian dikatakan lebih efektif penggunaanya dalam mengukur beberapa hasil belajar peserta didik. Karena dengan menggunakan tes objektif tipe pilihan dapat mengungkap materi pembelajaran yang lebih luas.
Untuk para siswa tingkat awal, pengunaan item tes objektif dengan bentuk pertanyaan langsung memiliki beberapa kelebihan, di antaranya a) lebih alami, b) lebih mudah di pahami, dan c) lebih mudah menggambarkan permasalahan. Sedangkan untuk bentuk kedua atau pertanyaan tidak lengkap memiliki kelebihan utama, yaitu lebih sedikit memerlukan ruang sehingga lebih hemat kertas.[2]





B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penulisan di atas dapat kami ambil rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Apa pengetian test objektif?
2.      Apa saja kelemahan dan kelebihan test objektif?
3.      Apa saja macam-macam test objektif?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk menjelaskan dari pengetian test objektif.
2.      Untuk menjelaskan kelemahan dan kelebihan test objektif.
3.      Untuk menjelaskan macam-macam test objektif.





















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Test Objektif
Test objektif adalah test yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. Hal ini memang di maksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari test bentuk esai. Dalam menggunakan test objektif ini jumlah soal yang di ajukan lebih banyak dari pada test esai. Kadan-kadang untuk test yang berlangsung selama 60 menit dapat di berikan 30-40 buah soal.[3]
B.     Kelemahan dan Kelebihan Test Objektif.
1.      Kelebihan-kelebihan test objektif:
a.       Dapat di jawab dengan cepat sehingga memungkinkan siswa untuk menjawab sejumlah besar pertanyaan.
b.      Materi test dapat mencangkup sebagian besar bahan pembelajaran yang di berikan.
c.       Hasil tes yang di peroleh siswa cukup representative dalam mengggambarkan penguasaan bahan yang diteskan pada siswa.
d.      Skor yang di peroleh siswa di jamin reliabilitasnya, karena item-item tes hanya mengandung satu jawaban yang benar, sehingga siapapun yang menskor hasilnya akan tetap sama.
e.       Jawaban-jawaban dapat di koreksi dengan mudah dan cepat dengan menggunkan kunci jawaban yang telah di siapkan.[4]
2.      Kelemahan-kelemahan test objektif:
a.       Persiapan untuk menyusunnya jauh lebih sulit dari pada test esai karena soalnya banyak dan harus teliti untuk menghindrai kelemahan-kelemahan yang lain.
b.      Soal-soalnya cenderung untuk mengungkapkan ingatan dan daya pengenalan kembali saja, dan sukar untuk mengukur proses mental yang tinggi.
c.       Banyak kesempatan untuk main untung-untungan.
d.      “kerja sama” antarsiswa pada waktu mengerjakan soal test lebih terbuka.[5]
3.      Cara mengatasi kelemahan test objektif:
a.       Kesulitan menyusun test objektif dapat diatasi dengan jalan banyak berlatih terus-menerus hingga betul-betul mahir.
b.      Menggunakan tabel spesifikasi untuk mengatasi kelemahan no satu dan dua.
c.       Menggunakan norma (standar) penilaian yang memperhitungkan faktor tebakan (guessing) yang bersifat spekulatif itu.[6]

C.     Macam-Macam Test Objektif.
1.      Tes benar-salah (true-false)
Soal-soalnya berupa petanyaan-pertanyaan (statement). Statement tersebut ada yang bener dan dan ada yang salah. Orang yang ditanya bertugas untuk menandai masing-masing pertanyaan itu dengan melingkari huruf B jika pertanyaan itu betul menurut pendapatnya dan melingkari huruf S jika pertanyaannya salah.[7]
            Contoh:
-B-S. tes bentuk objektif banyak member peluang testee untuk bermain spekulasi.
Bentuk benar salah ada 2 macam (dilihat dari segi mengerjakan/menjawab soal), yakni:
·         Dengan pembetulan (with correction), yaitu siswa diminta membetulkan bila ia memilih jawaban yang salah.
·         Tanpa pembetulann (without correction), yaitu siswa yang hanya di minta melingkari huruf B atau S tanpa memberikan jawaban yang betul.


1.      Kebaikan  tes benar-salah:
a.       Dapat mencangkup bahan yang luas dan tidak banyak memakan tempat karena biasanya pertanyaan-pertanyaannya singkat saja.
b.      Mudah menyusunnya.
c.       Dapat digunakan berkali-kali.
d.      Dapat di lihat secara cepat dan objektif.
e.       Petunjuk cara mengerjakanya mudah dimengerti.
2.      Keburukannya:
a.       Sering membingungkan.
b.      Mudah ditebak/diduga.
c.       Banyak masalah yang tidak dapat dinyatakan hanya dengan dua kemungkinan benar/salah.
d.      Hanya dapat mengungkapkan daya ingatan dan pengenalan kembali.
3.      Petunjuk penyusunan:
a.       Tulislah huruf B-S pada permulaan masing-masing item dengan maksud untuk mempermudah mengerjakan dan menilai (scoring).
b.      Usahakan agar jumlah butir soal yang harus di jawab B sama dengan butir soal yang harus dijawab S. dalam hal ini hendaknya pola jawabannya tidak bersifat teratur. Misalnya: B-S-B-S-B-S atau SS-BB-SS-BB-SS.
c.       Hindari item yang masih bisa diperdebatkan.
Contoh:
B-S. kekayaan lebih penting dari pada kepandaian.
d.      Hindari pertanyaan-pertanyaan yang persis dengan buku.
e.       Hindarilah kata-kata yang menunjukkan kecenderungan member saran seperti yang di kehendaki oleh item yang bersangkutan, misalnya: semua, tidak selalu, tidak pernah, dan sebagaiya.
4.      Cara mengolah skor:
Rumus untuk mencari skor akhir bentuk benar-salah ada 2 macam, yaitu:

a.       Dengan denda.
S = R - W
Dengan pengertian:

S = skor yang diperoleh.
R = right (jawaban yang benar).
W = worng ( jawaban yang salah)
Contoh:
Jumlah soal tes = 20 buah.
A menjawab betul 16 buah dan salah 4 buah. Maka skor untuk A adalah:
16 – 4 = 12
Dengan menggunaknn rumus seperti ini maka ada kemungkinan seorang siswa memperoleh skor negatif.
b.      Tanpa denda.
Rumus:
S = R
Yang dihitung hanya yang betul.
(untuk soal yang tidak dikerjakan dinilai 0).[8]

2.      Tes Pilihan Ganda (Multiple Choise Test)
Multiple Choise Test terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap. Dan untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban  yang telah di sediakan. Atau Multiple Choise Test terdiri atas bagian keterangan (stem) dan bagian kemungkinanjawaban atau alternative (options). Kemugkinan jawaban (option) terdiri atas satu jawaban yang benar yaitu kunci jawaban dan beberapa pengecoh (distractor).



1.      Penggunaan test pilihan ganda.
Tes bentuk pilihan ganda (PG) ini merupakan bentuk tes objektif yang paling banyak digunakan karena banyak sekali materi yang dapat di cangkup.
Bentuk-bentuk soal yang digunakan di dalam Ujian Akhir Nasional maupun SNMPTN ada 4 (empat) variasi:
a.       Pilihan ganda biasa.
b.      Hubungan antar hal (pernyataan –SEBAB- pernyataan).
c.       Kasus (dapat muncul dalam berbagai bentuk).
d.      Diagram, gambar, table, dan sbagainya.
e.       Asosiasi.
f.       Contoh soal bentuk asosiasi.
Petunjuk pilihan:
[A] jika [1], [2]. Dan [3] betul
[B] jika [1] dan [3] betul
[C] jika [2] dan [4] betul
[D] jika hanya [4] yang betul
[E] jika semua betul
Soal:
Ditinjau dari tata bentuk kata, maka gabungan kata yang betul di antara 4 (empat) gabungan kata berikut adalah:
[1] perserikatan bangsa-bangsa.
[2] para alumnus.
[3] suatu pemikiran-pemikiran.
[4] dewan gereja
      Contoh soal bentuk hubungan antarhal yang terdiri dari dua buah peryataan dengan kata “seabab” di antara keduanya, sudah di sajikan sebagai contoh soal analisis.[9]
2.      Petunjuk penyusunan
Pada dasarnya, soal bentuk pilihan ganda ini adalah soal bentuk benar-salah juga, tetapi dalm bentuk jamak. Tercoba (tesree) diminta membenarkan atau menyalahkan setiap stem dengan setiap pilihan jawaban. Kemungkinan jawaban itu biasanya sebanyak empat atau tiga buah, tetapi adakalanya dapat juga lebih banyak (untuk tes yang akan diolah dengan komputeer banyaknya option diusahakan 4 buah).
Contoh:
Kambing dapat digolongkan sebagai:
a.       Kata sifat
b.      Kata bilangan
c.       Kata benda
d.      Kata kerja
Cara menulis soal diatas adalah lebih baik dari pada jika pilihan jawaban disusun ke samping.
3.      Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tes pilihan ganda:
a.       Intruksi pengerjakannya harus jelas, dan bila dipandang perlu baik disertai dengan contohnya mengerjakannya.
b.      Kalimat pada tiap butir soal hendaknya sesingkat mungkin.
c.       Bila dapat disusun urutan logis antar pilihan-pilihan, urutkanlah (missal: urutan tahun, urutan alphabet, dan sebagainya).
d.      Jangan menggunakan kata-kata indicator seperti selalu, kadang-kadang, pada umumnya.
e.       Susunlah agar jawaban mana pun mempunyai kesesuaian tata bahasa dengan kalimat pokoknya.[10]
4.      Cara mengolah skor:
Untuk mengolah skor dalam tes bentuk pilihan ganda ini digunakan 2 macam rumus pola.
a.       Denga denda, dengan rumus:
S = R – w
            0-1
S = skor yang diperoleh (Raw Score)
R = jawaban yang betul
W = jawaban yang salah
0 = banyaknya option
1 = bilangan tetap
Contoh: murid menjawab betul 17 soal dari 20 soal. Soal bentuk multiple choise ini denagan menggunakan option sebanyak 4 buah.
Skor =17-  ..3.. = 16
                  4-1
b.      Tanpa denda dengan rumus:
S = R

3.      Menjodohkan (matching test)
matching test dapat diganti dengan istilah memperbandingkan, mencocokkan, atau menjodohkan. matching test terdiri atas satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Masing-masing pertanyaan mempunyai jawaban yang tercantum dalm seri jawaban. Tugas murid ialah: mencari dan menempatkan jawaban-jawaban, sehingga sesuai atau cocok dengan pertanyaannya.
·         Petunjuk penyusunan:
a.       Seri pertanyaan-pertanyaan dalam matching test hendaknya tidak lebih dari sepuluh soal. Sebab pertanyaan-pertanyaan yang banyak itu akan membingungkan murid. Juga kemungkinan akan mengurangi homogenitas antara item-item itu. Jika itemnya cukup banyak, lebih baik dijadikan dua seri.
b.      Jumlah jawaban yang harus dipilih, harus lebiih banyak dari pada jumlah soalnya. Dengan demikian murid dihadapkan kepada banyak pilihan,yang semuanya mampunyai kemungkinan benarnya, sehingga murid terpaksa lebih mempergunakan pikirannya.
c.       Antara item-item yang terkabung dalam satu seri matching test harus merupakan pengertian-pengertian yang benar-benar homogeny.[11]

Misalnya:
Disebelah kiri terdapat nama hewan. Di sebelah kanan adalah nama makanan. Coba cocokkan yang tersedia di sebelah kiri dengan huruf di depan nama makanan di mana hewan tersebut memakannya.

1.      Kambing                                       a. biji-bijian
2.      Ayam                                            b. rumput
3.      Burung                                          c. daging
4.      Harimau                                        d. dedak
e.  pelet
f. jagung
g. darah
            cara mengolah skor:
S = R
            Artinya skor dihitung jawaban yang bener saja.
4. Tes Isian (completion test)
completion test bisa disebut dengan istilah tes isian, tes menyempurnakan, atau tes melengkapi. completion test terdiri atas kalimat-kalimat yang ada bagian-bagiannya yang dihilangkan. Bagian yang dihilangkakan atau yang harus diisi oleh murid ini adalah merupakan pengertianyang kita minta dari murid
            contoh:
            Air akan membeku pada suhu………….. derajat Fahrenheit.
            Cara skor:
S = R
            (sama dengan bentuk matching).
v  Petunjuk penyusunan
a.       Perlu selalu diingat bahwa kita tidak dapat merencanakan lebih dari satu jawaban yang kelihatan logis.
b.      Jangan mengutip kalimat/pertanyaan yang tertera pada buku/catatan
c.       Diusahakan semua tempat kosong hendaknya sama panjang.
d.      Diusahakan hendaknya setiap pertanyaan jangan mempunyai lebih dari satu tempat kosong.
e.       Jangan mulai dengan tempat kosong.
Missal:
Ibu kota Indonesia adalah ………………………….. (lebih baik)
…………………… adalah ibukota Indonesia. (kurang baik).[12]

























BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Test objektif adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal (item) yang di jawab oleh testee dengan jalan memilih salah satu atau lebih di antara beberapa kemungkinan jawaban yang telah di pasangkan pada masing-masing item atau dengan jalan menulisakan (mengisikan) jawabannya berupa kata-kata atau simbol-simbol tertentu pada tempat atau ruang yang telah di sediakan untuk masing-masing butir item yang bersangkutan.
Kelemahan dan kelebihan dari test objektif yaitu sebagai berikut:
Kelebihan-kelebihan test objektif: [1] Dapat di jawab dengan cepat sehingga memungkinkan siswa untuk menjawab sejumlah besar pertanyaan. [2] Materi test dapat mencangkup sebagian besar bahan pembelajaran yang di berikan. [3] Hasil tes yang di peroleh siswa cukup representative dalam mengggambarkan penguasaan bahan yang diteskan pada siswa. Kelemahan-kelemahan test objektif: [1] Persiapan untuk menyusunnya jauh lebih sulit dari pada test esai karena soalnya banyak dan harus teliti untuk menghindrai kelemahan-kelemahan yang lain. [2] Soal-soalnya cenderung untuk mengungkapkan ingatan dan daya pengenalan kembali saja, dan sukar untuk mengukur proses mental yang tinggi. [3] Banyak kesempatan untuk main untung-untungan.
Macam-Macam Test Objektif adalah sebagai berikut:
[1] Tes benar-salah (true-false) [2] Tes Pilihan Ganda (Multiple Choise Test) [3] Menjodohkan (matching test) [4] Tes Isian (completion test).

B. Saran
Demikianlah makalah ini yang kami buat, namun kami merasa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami menginginkan kritik dan saran agar makalah ini menjadi lebih baik dan sesuai dengan yang diinginkan.


DAFTAR PUSTAKA

Sudijino Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers, 2013.
H.M. Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya, Jakarta Timur: PT Bumi    Aksara, 2012.
Arikunto Suharsimi, Ed. Revisi, Cet 12, Dasar-Dasar evaluasi pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara , 2011.
Mukhid Abd., Evaluasi Pembelajaran, Pamekasan: Stain Pamekasan Pers, 2006.
Arikunto Suharsimi, Ed. 1,  Dasar-Dasar evaluasi pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara , 2012.



[1] Anas Sudijino, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm., 106
[2] H.M. Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya, (Jakarta Timur: PT Bumi Aksara, 2012), hlm.,117
[3] Suharsimi Arikunto, Ed. Revisi, Cet 12, Dasar-Dasar evaluasi pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara , 2011), hlm., 164
[4] Abd. Mukhid, Evaluasi Pembelajaran, (Pamekasan: Stain Pamekasan Pers, 2006), hlm., 22
[5] Suharsimi Arikunto, Ed. 1,  Dasar-Dasar evaluasi pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara , 2012), hlm., 164
[6] Ibid, hlm,. 180
[7] Suharsimi Arikunto, Ed. Revisi, Cet 12, Dasar-Dasar evaluasi pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara , 2011), hlm., 165
[8] Ibid, Suharsimi, hlm165-168
[9] Ibid., Suharsimi, hlm 167-168
[10] Ibid., Suharsimi, hlm 169-172
[11] Ibid., Suharsimi,  hlm172-175
[12] Ibid., Suharsimi¸ hlm175-177

No comments:

Post a Comment