BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Tes obyektif (onjective test) yang juga di kenal
dengan istilah tes jawaban pendek (short answer test), tes “ya-tidak” (yes-no test) dan test model baru ( new type test), adalah salah satu jenis
tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal (item) yang di jawab oleh
testee dengan jalan memilih salah satu atau lebih di antara beberapa
kemungkinan jawaban yang telah di pasangkan pada masing-masing item atau dengan
jalan menulisakan (mengisikan) jawabannya berupa kata-kata atau simbol-simbol
tertentu pada tempat atau ruang yang telah di sediakan untuk masing-masing
butir item yang bersangkutan.[1]
Item test
objektif bentuk lain yang juga banyak dipakai para guru dalam evaluasi di kelas
adalah item test objektif (objective test
selection type). Tes ini di namakan test objek pilihan, karena para siswa
diharuskan memilih salah satu jawaban benar dari sejumlah jawaban yang telah di
sediakan oleh evaluator. Item test objektif ini oleh sebagian ahli penilaian
dikatakan lebih efektif penggunaanya dalam mengukur beberapa hasil belajar
peserta didik. Karena dengan menggunakan tes objektif tipe pilihan dapat
mengungkap materi pembelajaran yang lebih luas.
Untuk para siswa
tingkat awal, pengunaan item tes objektif dengan bentuk pertanyaan langsung
memiliki beberapa kelebihan, di antaranya a) lebih alami, b) lebih mudah di
pahami, dan c) lebih mudah menggambarkan permasalahan. Sedangkan untuk bentuk
kedua atau pertanyaan tidak lengkap memiliki kelebihan utama, yaitu lebih
sedikit memerlukan ruang sehingga lebih hemat kertas.[2]
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang
penulisan di atas dapat kami ambil rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa
pengetian test objektif?
2. Apa
saja kelemahan dan kelebihan test objektif?
3. Apa
saja macam-macam test objektif?
C.
Tujuan
Penulisan
1. Untuk
menjelaskan dari pengetian test objektif.
2. Untuk
menjelaskan kelemahan dan kelebihan test objektif.
3. Untuk
menjelaskan macam-macam test objektif.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Test Objektif
Test
objektif adalah test yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif.
Hal ini memang di maksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari test
bentuk esai. Dalam menggunakan test objektif ini jumlah soal yang di ajukan
lebih banyak dari pada test esai. Kadan-kadang untuk test yang berlangsung
selama 60 menit dapat di berikan 30-40 buah soal.[3]
B. Kelemahan
dan Kelebihan Test Objektif.
1. Kelebihan-kelebihan
test objektif:
a. Dapat
di jawab dengan cepat sehingga memungkinkan siswa untuk menjawab sejumlah besar
pertanyaan.
b. Materi
test dapat mencangkup sebagian besar bahan pembelajaran yang di berikan.
c. Hasil
tes yang di peroleh siswa cukup representative dalam mengggambarkan penguasaan
bahan yang diteskan pada siswa.
d. Skor
yang di peroleh siswa di jamin reliabilitasnya, karena item-item tes hanya
mengandung satu jawaban yang benar, sehingga siapapun yang menskor hasilnya
akan tetap sama.
e. Jawaban-jawaban
dapat di koreksi dengan mudah dan cepat dengan menggunkan kunci jawaban yang
telah di siapkan.[4]
2. Kelemahan-kelemahan
test objektif:
a. Persiapan
untuk menyusunnya jauh lebih sulit dari pada test esai karena soalnya banyak
dan harus teliti untuk menghindrai kelemahan-kelemahan yang lain.
b. Soal-soalnya
cenderung untuk mengungkapkan ingatan dan daya pengenalan kembali saja, dan
sukar untuk mengukur proses mental yang tinggi.
c. Banyak
kesempatan untuk main untung-untungan.
d. “kerja
sama” antarsiswa pada waktu mengerjakan soal test lebih terbuka.[5]
3. Cara
mengatasi kelemahan test objektif:
a. Kesulitan
menyusun test objektif dapat diatasi dengan jalan banyak berlatih terus-menerus
hingga betul-betul mahir.
b. Menggunakan
tabel spesifikasi untuk mengatasi kelemahan no satu dan dua.
c. Menggunakan
norma (standar) penilaian yang memperhitungkan faktor tebakan (guessing) yang bersifat spekulatif itu.[6]
C. Macam-Macam
Test Objektif.
1. Tes
benar-salah (true-false)
Soal-soalnya
berupa petanyaan-pertanyaan (statement).
Statement tersebut ada yang bener dan
dan ada yang salah. Orang yang ditanya bertugas untuk menandai masing-masing pertanyaan
itu dengan melingkari huruf B jika pertanyaan itu betul menurut pendapatnya dan
melingkari huruf S jika pertanyaannya salah.[7]
Contoh:
-B-S.
tes bentuk objektif banyak member peluang testee untuk bermain spekulasi.
Bentuk
benar salah ada 2 macam (dilihat dari segi mengerjakan/menjawab soal), yakni:
·
Dengan pembetulan (with
correction), yaitu siswa diminta membetulkan bila ia memilih jawaban yang
salah.
·
Tanpa pembetulann
(without correction), yaitu siswa yang hanya di minta melingkari huruf B atau S
tanpa memberikan jawaban yang betul.
1. Kebaikan tes benar-salah:
a. Dapat
mencangkup bahan yang luas dan tidak banyak memakan tempat karena biasanya
pertanyaan-pertanyaannya singkat saja.
b. Mudah
menyusunnya.
c. Dapat
digunakan berkali-kali.
d. Dapat
di lihat secara cepat dan objektif.
e. Petunjuk
cara mengerjakanya mudah dimengerti.
2. Keburukannya:
a. Sering
membingungkan.
b. Mudah
ditebak/diduga.
c. Banyak
masalah yang tidak dapat dinyatakan hanya dengan dua kemungkinan benar/salah.
d. Hanya
dapat mengungkapkan daya ingatan dan pengenalan kembali.
3. Petunjuk
penyusunan:
a. Tulislah
huruf B-S pada permulaan masing-masing item dengan maksud untuk mempermudah
mengerjakan dan menilai (scoring).
b. Usahakan
agar jumlah butir soal yang harus di jawab B sama dengan butir soal yang harus
dijawab S. dalam hal ini hendaknya pola jawabannya tidak bersifat teratur.
Misalnya: B-S-B-S-B-S atau SS-BB-SS-BB-SS.
c. Hindari
item yang masih bisa diperdebatkan.
Contoh:
B-S. kekayaan lebih
penting dari pada kepandaian.
d. Hindari
pertanyaan-pertanyaan yang persis dengan buku.
e. Hindarilah
kata-kata yang menunjukkan kecenderungan member saran seperti yang di kehendaki
oleh item yang bersangkutan, misalnya: semua, tidak selalu, tidak pernah, dan
sebagaiya.
4. Cara
mengolah skor:
Rumus untuk mencari
skor akhir bentuk benar-salah ada 2 macam, yaitu:
a. Dengan
denda.
S
= R - W
|
Dengan pengertian:
S = skor yang
diperoleh.
R = right (jawaban yang benar).
W = worng ( jawaban yang salah)
Contoh:
Jumlah soal tes = 20
buah.
A menjawab betul 16
buah dan salah 4 buah. Maka skor untuk A adalah:
16 – 4 = 12
Dengan menggunaknn
rumus seperti ini maka ada kemungkinan seorang siswa memperoleh skor negatif.
b. Tanpa
denda.
Rumus:
S
= R
|
Yang dihitung hanya
yang betul.
(untuk soal yang tidak
dikerjakan dinilai 0).[8]
2. Tes
Pilihan Ganda (Multiple Choise Test)
Multiple Choise
Test terdiri atas suatu keterangan atau
pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap. Dan untuk
melengkapinya harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah di sediakan. Atau Multiple Choise Test terdiri atas bagian
keterangan (stem) dan bagian
kemungkinanjawaban atau alternative (options).
Kemugkinan jawaban (option) terdiri
atas satu jawaban yang benar yaitu kunci jawaban dan beberapa pengecoh (distractor).
1. Penggunaan
test pilihan ganda.
Tes bentuk pilihan ganda (PG) ini
merupakan bentuk tes objektif yang paling banyak digunakan karena banyak sekali
materi yang dapat di cangkup.
Bentuk-bentuk soal yang digunakan di
dalam Ujian Akhir Nasional maupun SNMPTN ada 4 (empat) variasi:
a. Pilihan
ganda biasa.
b. Hubungan
antar hal (pernyataan –SEBAB- pernyataan).
c. Kasus
(dapat muncul dalam berbagai bentuk).
d. Diagram,
gambar, table, dan sbagainya.
e. Asosiasi.
f. Contoh
soal bentuk asosiasi.
Petunjuk
pilihan:
[A]
jika [1], [2]. Dan [3] betul
[B]
jika [1] dan [3] betul
[C]
jika [2] dan [4] betul
[D]
jika hanya [4] yang betul
[E]
jika semua betul
Soal:
Ditinjau
dari tata bentuk kata, maka gabungan kata yang betul di antara 4 (empat)
gabungan kata berikut adalah:
[1]
perserikatan bangsa-bangsa.
[2]
para alumnus.
[3]
suatu pemikiran-pemikiran.
[4]
dewan gereja
Contoh soal bentuk hubungan antarhal yang
terdiri dari dua buah peryataan dengan kata “seabab” di antara keduanya, sudah
di sajikan sebagai contoh soal analisis.[9]
2. Petunjuk
penyusunan
Pada dasarnya, soal
bentuk pilihan ganda ini adalah soal bentuk benar-salah juga, tetapi dalm
bentuk jamak. Tercoba (tesree) diminta membenarkan atau menyalahkan setiap stem dengan setiap pilihan jawaban.
Kemungkinan jawaban itu biasanya sebanyak empat atau tiga buah, tetapi
adakalanya dapat juga lebih banyak (untuk tes yang akan diolah dengan komputeer
banyaknya option diusahakan 4 buah).
Contoh:
Kambing dapat
digolongkan sebagai:
a. Kata
sifat
b. Kata
bilangan
c. Kata
benda
d. Kata
kerja
Cara menulis soal
diatas adalah lebih baik dari pada jika pilihan jawaban disusun ke samping.
3. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam tes pilihan ganda:
a. Intruksi
pengerjakannya harus jelas, dan bila dipandang perlu baik disertai dengan
contohnya mengerjakannya.
b. Kalimat
pada tiap butir soal hendaknya sesingkat mungkin.
c. Bila
dapat disusun urutan logis antar pilihan-pilihan, urutkanlah (missal: urutan
tahun, urutan alphabet, dan sebagainya).
d. Jangan
menggunakan kata-kata indicator seperti selalu, kadang-kadang, pada umumnya.
e. Susunlah
agar jawaban mana pun mempunyai kesesuaian tata bahasa dengan kalimat pokoknya.[10]
4. Cara
mengolah skor:
Untuk mengolah skor
dalam tes bentuk pilihan ganda ini digunakan 2 macam rumus pola.
a. Denga
denda, dengan rumus:
S
= R – w
0-1
|
S = skor yang diperoleh
(Raw Score)
R = jawaban yang betul
W = jawaban yang salah
0 = banyaknya option
1 = bilangan tetap
Contoh: murid menjawab betul 17 soal
dari 20 soal. Soal bentuk multiple choise
ini denagan menggunakan option sebanyak
4 buah.
Skor =17- ..3.. = 16
4-1
b. Tanpa
denda dengan rumus:
S
= R
|
3. Menjodohkan
(matching test)
matching test dapat
diganti dengan istilah memperbandingkan, mencocokkan, atau menjodohkan. matching test terdiri atas satu seri
pertanyaan dan satu seri jawaban. Masing-masing pertanyaan mempunyai jawaban
yang tercantum dalm seri jawaban. Tugas murid ialah: mencari dan menempatkan
jawaban-jawaban, sehingga sesuai atau cocok dengan pertanyaannya.
·
Petunjuk penyusunan:
a. Seri
pertanyaan-pertanyaan dalam matching test
hendaknya tidak lebih dari sepuluh soal. Sebab pertanyaan-pertanyaan yang
banyak itu akan membingungkan murid. Juga kemungkinan akan mengurangi
homogenitas antara item-item itu. Jika itemnya cukup banyak, lebih baik
dijadikan dua seri.
b. Jumlah
jawaban yang harus dipilih, harus lebiih banyak dari pada jumlah soalnya.
Dengan demikian murid dihadapkan kepada banyak pilihan,yang semuanya mampunyai
kemungkinan benarnya, sehingga murid terpaksa lebih mempergunakan pikirannya.
c. Antara
item-item yang terkabung dalam satu seri matching
test harus merupakan pengertian-pengertian yang benar-benar homogeny.[11]
Misalnya:
Disebelah
kiri terdapat nama hewan. Di sebelah kanan adalah nama makanan. Coba cocokkan
yang tersedia di sebelah kiri dengan huruf di depan nama makanan di mana hewan
tersebut memakannya.
1. Kambing a.
biji-bijian
2. Ayam b.
rumput
3. Burung c.
daging
4. Harimau d. dedak
e. pelet
f. jagung
g. darah
cara
mengolah skor:
S = R
|
Artinya
skor dihitung jawaban yang bener saja.
4.
Tes Isian (completion test)
completion
test bisa disebut dengan istilah tes isian, tes
menyempurnakan, atau tes melengkapi. completion
test terdiri atas kalimat-kalimat yang ada bagian-bagiannya yang
dihilangkan. Bagian yang dihilangkakan atau yang harus diisi oleh murid ini
adalah merupakan pengertianyang kita minta dari murid
contoh:
Air
akan membeku pada suhu………….. derajat Fahrenheit.
Cara
skor:
S = R
|
(sama
dengan bentuk matching).
v Petunjuk
penyusunan
a. Perlu
selalu diingat bahwa kita tidak dapat merencanakan lebih dari satu jawaban yang
kelihatan logis.
b. Jangan
mengutip kalimat/pertanyaan yang tertera pada buku/catatan
c. Diusahakan
semua tempat kosong hendaknya sama panjang.
d. Diusahakan
hendaknya setiap pertanyaan jangan mempunyai lebih dari satu tempat kosong.
e. Jangan
mulai dengan tempat kosong.
Missal:
Ibu kota Indonesia
adalah ………………………….. (lebih baik)
…………………… adalah ibukota
Indonesia. (kurang baik).[12]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Test objektif adalah salah
satu jenis tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal (item) yang di
jawab oleh testee dengan jalan memilih salah satu atau lebih di antara beberapa
kemungkinan jawaban yang telah di pasangkan pada masing-masing item atau dengan
jalan menulisakan (mengisikan) jawabannya berupa kata-kata atau simbol-simbol
tertentu pada tempat atau ruang yang telah di sediakan untuk masing-masing
butir item yang bersangkutan.
Kelemahan
dan kelebihan dari test objektif yaitu sebagai berikut:
Kelebihan-kelebihan
test objektif: [1] Dapat di jawab dengan cepat sehingga memungkinkan siswa
untuk menjawab sejumlah besar pertanyaan. [2] Materi test dapat mencangkup
sebagian besar bahan pembelajaran yang di berikan. [3] Hasil tes yang di
peroleh siswa cukup representative dalam mengggambarkan penguasaan bahan yang
diteskan pada siswa. Kelemahan-kelemahan test objektif: [1] Persiapan untuk
menyusunnya jauh lebih sulit dari pada test esai karena soalnya banyak dan
harus teliti untuk menghindrai kelemahan-kelemahan yang lain. [2] Soal-soalnya
cenderung untuk mengungkapkan ingatan dan daya pengenalan kembali saja, dan
sukar untuk mengukur proses mental yang tinggi. [3] Banyak kesempatan untuk
main untung-untungan.
Macam-Macam
Test Objektif adalah sebagai berikut:
[1]
Tes benar-salah (true-false) [2] Tes
Pilihan Ganda (Multiple Choise Test) [3]
Menjodohkan (matching test) [4] Tes
Isian (completion test).
B. Saran
Demikianlah
makalah ini yang kami buat, namun kami merasa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka dari itu kami menginginkan kritik dan saran agar makalah ini
menjadi lebih baik dan sesuai dengan yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Sudijino Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta:
Rajawali Pers, 2013.
H.M.
Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan
Operasionalnya, Jakarta Timur: PT Bumi
Aksara, 2012.
Arikunto
Suharsimi, Ed. Revisi, Cet 12, Dasar-Dasar
evaluasi pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara , 2011.
Mukhid Abd., Evaluasi Pembelajaran, Pamekasan: Stain
Pamekasan Pers, 2006.
Arikunto
Suharsimi, Ed. 1, Dasar-Dasar evaluasi pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara , 2012.
[1] Anas Sudijino, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2013), hlm., 106
[2] H.M. Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan
Operasionalnya, (Jakarta Timur: PT Bumi Aksara, 2012), hlm.,117
[3] Suharsimi Arikunto,
Ed. Revisi, Cet 12, Dasar-Dasar evaluasi
pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara , 2011), hlm., 164
[4] Abd. Mukhid, Evaluasi Pembelajaran, (Pamekasan: Stain
Pamekasan Pers, 2006), hlm., 22
[5] Suharsimi Arikunto,
Ed. 1, Dasar-Dasar evaluasi pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara , 2012),
hlm., 164
[6] Ibid, hlm,. 180
[7] Suharsimi Arikunto,
Ed. Revisi, Cet 12, Dasar-Dasar evaluasi
pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara , 2011), hlm., 165
[8] Ibid, Suharsimi,
hlm165-168
[9] Ibid., Suharsimi, hlm
167-168
[10] Ibid., Suharsimi, hlm
169-172
[11] Ibid., Suharsimi, hlm172-175
[12] Ibid., Suharsimi¸
hlm175-177
No comments:
Post a Comment