Tuesday 27 December 2016

PSIKOLOGI KEPRIBADIAN TIPOLOGI KEPRIBADIAN

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
            Kepribadian merupakan salah satu kajian psikologi yang lahir berdasarkan pemikiran, kajian-kajian, atau hasil temuan hasil praktik penanganan kasus para ahli. Objek kajian kepribadian adadlah human behavior, perilakumanusia, yang pembahasannya terkait dengan apa, mengapa, dan bagaimanan perilaku tersebut.
            Hasil dan temuan para ahli ternyata beragam, sehingga melahirkan teori-teori yang beragam pula. Adanya keragaman tersebut sangat dipengaruhi oleh aspek personal (refleksi pribadi), kehidupan beragama, lingkungan sosial budaya, dan filsafat yang dianut oleh tersebut.
            Pembahasan tentang kepribadian atau tipologi manusia berdasarkan konstitusi akandi bahas dalam makalah ini secara terbuka dan jelas. [1]










BAB II
PEMBAHASAN
A.    Tipologi Manusia Menurut Hipocrates Galenus
            Tipologi ini dikenal dengan sebutan tipologi Hipocrates Galenus karena merupakan pendapat kedua tokoh tersebut, yaitu Hipocrates Galenus. Hipocrates merupakan seorang filsuf yang hidup pada masa Yunani Kuno, sedangkan Galenus merupakan orang yang meneruskan pendapat Hipocrates seinggapendapat keduatokoh itu kemudian digabung menjadi digabung menjadi tipologi Hipocrates Galenus.
            Hipocrates berpendapat bahwa di dalam tubuh manusia terdapat empat zat cair dengan sifat-sifatnya yang berlainan, yaitu darah yang bersifat panas, lendir bersifat dingin, empedu hitam bersifat basah, dan empedu kuning bersifat kering. Hipocrates dalam mengeluarkan pendapatnya terinspirasi daripendapat filsuf sebelumnya yangbernama Empedocles.
            Menurut Hipocrates sifat atau watak individu merupakan perwujudan dari sifat unsur yang paling dominan dalam dirinya, dicontohkan oleh Hipocrates seseorang memiliki unsur “darah” yang paling dominan dibandingkan dengan dengan unsur yang lain, orang tersebut memiliki watak cepat, periang, dan tidak stabil. Orang dengan tipe seperti ini oleh Hipocrates dinamai  sanguinis. Sedangkan individu yang bersifat mudah marah disebut tipe korelis karena adanya unsur yang paling dominan dalam dirinya dalah empedu kuning. Sementara orang dengan tipe melankolis memiliki sifat pesimis dan pemurung, hal ini dikarenakan dalam dirinya di dominasi oleh empedu hitam. Orang yang memiliki karakter lamban dan tidak mudah bergerak di sebut flegmatis karena unsur yang mendominasi adalah lendir. Guna memperjelas hal tersebut perhatikan tabel berikut.

Tipe manusia
Karakteristik
Penyebab dominan
Sanguinis
Ekspansif, lincah, cepat, periang, mudah tersenyum, optimis, dan tidak stabil.
Darah
Koleris
Garang, mudah marah, mudah tersinggung, serius, pendendam.
Empedu kuning
Flegmatis
Lamban, sadar, plastis, tenang, dingin, tidak mudah bergerak, tidak mudah terpengaruh.
Lendir
Melankolis
Pesimistis, pemurung, kaku, penakut.
Empedu hitam

Pendapat kedua tokoh tersebut membuka jalan para ahli untuk melakukan penyelidikan yang lebih mendalam tentang endocrine-tipe yaitu tipe-tipe manusia berdasarkan kelenjar-kelenjar dalam tubuh manusia. [2]
B.     Tipologi Manusia Menurut Franz Joseph Gall
            Hal yang mendasari gagasan Gall adalah otak merupakan organ untuk berpikir. Pikiran merupakan kumpulan berbagai unsur kemampuan atau potensi bawaan. Potensi dalam otak menempati bagian-bagian tertentu. Hal itu dapat terjadi karena otak bukan merupakan organ tunggal, melainkan kumpulan dari organ-organ yang masing-masing dihuni oleh potensi atau kemampuan tertentu.
            Ukuran organ dalam otak menentukan kekuatan potensi yang menempatinya. Bentuk otak ditentukan oleh perkembangan berbagai organ yang ada dalam otak tersebut. Tengkorak terbentuk mengikuti bentuk otak sehingga dataran otak dapat dibaca sebagai indeks sikap dan kecenderungan psikologi yang akurat.
            Menurut Gall terbentuknya kepribadian seseorang dapat ditelusuri dari  perkembangan tengkorak dengan segala isi yang ada di dalamnya termasuk otak. Ahli tersebut meyakini dengan melakukan pengukuran terhadap permukaan dan mempelajari keanehan bentuk tengkorak, orang akan dapat menemukan perkembangan bagian tertentu dari otak. Dari studi ini dapat disimpulkan potensi, sikap, kecerdasan, karakter yang menonjol pada diri pemilik otak yang bersangkutan.[3]
C.    Tipologi Manusia Menurut Sigaud
            Sigaud menyusun teorinya berdasarkan empat macam fungsi tubuh yaitu, motorik, pernafasan, pencernaan, dan susunan saraf sentral. Fungsi fisiologis manakah yang terkuat pada seseorang disitulah orang itu di golongkan, karena itu Sigaud juga menggolongkan manusia berdasarkan empat golongan.
1.      Orang yang kuat fungsi motoriknya termasuk orang yang muskuler, dengan ciri-ciri anggota badannya serba panjang berspir dan bersudut.
2.      Orang yang kuat pernafasanya termasuk tipe respitatoris dengan ciri-ciri bentuk dadanya membusung, wajahnya lebar.
3.      Orang yang kuat pencernaannya termasuk tipe yang digestif dengan ciri-ciri perutnya besar, pinggangnya lebar.
4.      Orang yang kuat susunan syaraf sentralnya termasuk tipe serebral dengan ciri-ciri langsing, tulang tengkorak bagian atas besar.[4]
D.    Tipologi Manusia Menurut Kretschmer
            Kretschmer menyusun tipologinya berdasarkan pada konstitusi fisis dan psikis. Berdasarkan konstitusi fisis manusia dibagi ke dalam empat tipe:
1.      Tipe piknis atau pyknoid dengan ciri-ciri dan bentuk badan berperawakan gemuk, serba bulat, serba penddek, perut genduk, wajah bundar, badan berlemak, dada berisi, memiliki sifat humor yang tinggi, gembira, dan optimis.
2.      Tipe asthenis dengan ciri-ciri dan bentuk badan berperawakan kurus, dada rata, kepala kecil, wajah sempit, anggota badan serba panjang, langsing, biasanya wataknya pemurung, kaku dalam pergaulan,dan mudah tersinggung.
3.      Tipe atletis dengan ciri-ciri campuran antara piknis dan asthenis. Bentuk tubuh atlet, realistis, memiliki watak ingin berkuasa, supel dalampergaulan dan ekstrovet.
4.      Tipe desplatis atau  hypoplastic dengan ciri-ciri dan bentuk badan berperawakan bentuk badan besar, tinggi sekaliatau pendek sekali, tipe seperti ini selamanya memiliki perasaan inferioritas.
      Sedangkan tipe manusia berdasarkan konstitusi psikis terbagi kedalam dua tipe:
1.         Tipe schizothym sifat-sifat yang menonjol yaitu, sukar bergaul, tidak banyak teman, dan egoistis.
2.         Tipe clycothym sifat-sifat yang menonjol ialah selalu berlawanan dengan manusia tipe schizothym.
     Menurut Kretschmer hubungan pasti kedua macam tipologi yang telah disusunnya itu terjadi antara jasmani dan rohani, menurutnya manusia merupakan makhluk monodualis psikhofisis yang pada dasarnya merupakan hakikat kehidupan manusia. Hubungan yang terjadi antara kedua tipe manusia tersebut hanya berlaku bagi orang yang telah berumur empat puluh tahun, karena pada masa ini orang tidak lagi mengalami perkembangan dan pertumbuhan badan.
     Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kretschmer, dari ke empat tipe manusia tersebut mengalami psychose persentasenya adalah:
-tipe pyknoid 12,8% schizophrenia.
-tipe leptosome 66% schizophrenia.
-tipe atletic 66% schizophrenia.
-tipe dypplastic 11,35% schizophrenia.
Ke empat tipe tersebut merupakan jenis penyakit jiwa yang berbahaya.[5]

E.     Tipologi Manusia Menurut William H. Shaldon
            William H. Shaldon mengemukakan penelitian yang dilakukanya tentang bentuk dan ukuran tubuh manusia sebagai psikologi statis atau morfologi, hal itu merupakan bentuk keseimbangan alamiah antara komponen-komponen bentuk dan struktur manusia. Menurut Shaldon pemahaman mengenai konstruksi atau susunan tubuh manusia dapat dipakai sebagai jalan untuk memahami dinamika manusia seperti kegiatan bergerak, berpikir, merasa, dan bertingkah laku. Tipologi ini menilai bahwa struktur jasmani manusia merupakan hal utama yang berpengaruh terhadap pribadi seseorang.
            Faktor genetis dan biologis memainkan peranan yang penting dalam perkembangan kepribadian seseorang. Saldon menyebutkan bahwa struktur biologis tersebut sebagai morfogenotipe (morphogenotype). Morfogenotipe berperran penting dalam pembentukan kepribadian dan perkembangan fisik, tetapi juga dalam pembentukan keribadian atau tingkah laku. Shaldon mengukur morphogenotype dengan cara menyusun somatotype yaitu suatu engukuran tubuh-fenotip dengan menyimpulkan nilai-nilai umum dari berbagai sifat fisik hasil pengukuran fenotip.
            Kata morphogenotype berasal dari kata morfologi dan genotip yang artinya struktur, konstruk, dan susunan tubuh manusia yang ditentukan oleh keturunan. Genotip sejak dalam kandungan terus menerus berinteraksi dengan lingkungan, membentuk struktur, konstruk, dan susunan  tubuh yang daat diamati dan hal ni di namakan fenotip. Teori Shaldon ini daat dibagi menjadi dua bagian yaitu:
1.      Struktur Fisis Penentu Kepribadian
      Dalam hal ini Shaldon menentukan ukuran jumlah jasmaniah dari seseorang dalam kinerja ilmiah yang di tekuninya, ia berkeinginan bisa mendapatkan  biological identification tag. Shaldon berusaha mengukur morhogenotype walau secara tidak langsung dan yang utama bersandar pada phaenotype. Komponen penting yang berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian menurut Shaldon dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut.
a.       Komponen Jasmani Primer
-Manusia tipe endomorpe
-Manusia tipe mesomorph
-Manusia tipe ectomorph
b. Komponen Jasmani Sekunder
          -Diplasia
          -Gynandromorphy
          -Aspek texture
2.      Analisis Kepribadian Menurut Shaldon
      Pada mulanya Shaldon mengatakan bahwa somatotip bersifat tetap atau konstan, akan tetapi ia tidak menyangkal dengan apa yang diutarakan dalam ilmu biologi bahwa makanan memungkinkan bisa mengubah ukuran bagian-bagian tubuh tertentu pada manusia, tetapi Shaldon berkeyakinan hal itu pengaruhnya sangat kecil terhadap ukuran kepala, struktur tulang-tulang wajah, leher, pergelangan tangan, pergelangan kaki, dan bagian –bagian yang tidak menimbun lemak.
      Pada perkembangannya Shladon memperbaharui pernyataannya bahwa ia mengakui somatotip bersifat konsisten lintas waktu, kecuali terdapat perubahan subtansial oleh adanya makanan dan perubahan kesehatan fisik seseorang. Denagn demikian somatotip merupakan jalur yangmana orgasme menjalani hidup pada kondisi makanan yang sifatnya standar dan kondisi adanya suatu penyakit yang mengganggu.
      Somatotip yang ideal menurut Shaldon dapat diperoleh jika dilengkapi dengan sejarah masa lalu orang tersebut. Pengukuran somatotip yang terbaik dilakukan sesudah kematangan fisik tercapai, yaitu sekitar umur 30 tahun, meskipun demikian pegukuran sel-sel otot pada seseorang yang baru lahir dan anak yang berumur 6 tahun dapat memberikan pengukuran yang akurat.
3.      Dinamika Kepribadian Individu
a.       Dimensi Tempramen
                  Terdapat tiga komponen yaitu:
                  -Viskerotonia
                  -Somatotonia
                  -Serebrotonia
b.      Hubungan antara komponen jasmani dengan tempramen
Dari hasil analisis rasional yang dilakukan oleh Shaldon telah ditemukan korelasi antara morfologi dengan tempramen dengan alasan-alasan yang sifatnya lain, seperti yang dituliskan oleh Alwisol berikut ini:
1.      Penguatan (Reinforcement)
2.      Stereoip
3.      Pengasuhan
4.      Genetik
c.       Hubungan Somatip dengan Delinkuensi dan Psikiatri
                  Delinkuen cenderung mesomorfik dan memperoleh nilai       tinggi, hal ini dikarenakan ceklis tingkah laku psikotik, yaitu           berperilaku seperti penderita afektif manis depresif. Penyebabnya       adalah kekurangan komponen heboid yang membuat dorongan imp lusif kacau disebabkan terjadi kerusakan komponen cerebrotonia           dan      paranoid pada individu.
d.      Penerapan Teori Shaldon pada Individu
1.      Penerapan untuk mendidik anak-anak
2.      Psikoterapi
e.       Respon Terhadap Teori Tipologi Shaldon
      Terlepas dari kebenaran yang dilakukanoleh Shaldon,para pakar sepakat Shaldon telah mengingatkan kepada semua pakar psikologi terutama yang berurusan dengan tingkah laku manusia. Manusia adalah makhluk yang memiliki tubuh dan tuunhya tersebut sangat memungkinkan memberikan petunjuk tentang faktor-faktor yang melatarbelakanginya dan dalam upaya memahami tingkah laku manusia. [6]


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
            Menurut Hipocrates sifat atau watak individu merupakan perwujudan dari sifat unsur yang paling dominan dalam dirinya, dicontohkan oleh Hipocrates seseorang memiliki unsur “darah” yang paling dominan dibandingkan dengan dengan unsur yang lain, orang tersebut memiliki watak cepat, periang, dan tidak stabil. Orang dengan tipe seperti ini oleh Hipocrates dinamai  sanguinis. Sedangkan individu yang bersifat mudah marah disebut tipe korelis karena adanya unsur yang paling dominan dalam dirinya dalah empedu kuning. Sementara orang dengan tipe melankolis memiliki sifat pesimis dan pemurung, hal ini dikarenakan dalam dirinya di dominasi oleh empedu hitam. Orang yang memiliki karakter lamban dan tidak mudah bergerak di sebut flegmatis karena unsur yang mendominasi adalah lendir.
            Menurut Gall terbentuknya kepribadian seseorang dapat ditelusuri dari  perkembangan tengkorak dengan segala isi yang ada di dalamnya termasuk otak. Ahli tersebut meyakini dengan melakukan pengukuran terhadap permukaan dan mempelajari keanehan bentuk tengkorak, orang akan dapat menemukan perkembangan bagian tertentu dari otak. Dari studi ini dapat disimpulkan potensi, sikap, kecerdasan, karakter yang menonjol pada diri pemilik otak yang bersangkutan.
            Sigaud menyusun teorinya berdasarkan empat macam fungsi tubuh yaitu, motori, pernafasan, pencernaan, dan susunan saraf sentral.
            Kretschmer menyusun tipologinya berdasarkan pada konstitusi fisis dan psikis.
            William H. Shaldon mengemukakan penelitian yang dilakukanya tentang bentuk dan ukuran tubuh manusia sebagai psikologi statis atau morfologi, hal itu merupakan bentuk keseimbangan alamiah antara komponen-komponen bentuk dan struktur manusia.

B.     Saran
            Demikianlah makalah ini yang kami buat, namun kami merasa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami menginginkan kritik dan saran agar makalah ini menjadi lebih baik dan sesuai dengan yang diinginkan.



























DAFTAR RUJUKAN
Prawira, Atmaja Purwa. Psikologi Kepribadian Dengan Persepektif Baru. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA. 2013.
Sujanto, Agus. Dkk. Psikologi Kepribadian. Jakarta: KDT. 201.  
Yusuf , Syamsu dan Juantika Nurihsan. Teori kepribadian. Bandung: PT.ROSDA KARYA. 2007.


[1] Syamsu Yusuf dan Juantika Nurihsan, Teori kepribadian, (Bandung: PT.ROSDA KARYA,2007), hlm. 1
[2] Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Kepribadian Dengan Persepektif Baru, (Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2013), hlm. 102-103.
[3]  Purwa Atmaja Prawira, Ibid. hlm. 106-107.
[4] Agus Sujanto dkk, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: KDT,2014), hlm. 76.
[5] Purwa Atmaja Prawira, Ibid. hlm.108-110.
[6] Purwa Atmaja Prawira, Ibid. hlm.111-131.

KONSEP DASAR BELAJAR

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Peserta didik adalah makhluk sosial, sebagai makhluk sosial ia membutuhkan orang lain untuk tumbuuh kembang menjadi manusia seutuhnya. Dalam perkembanagannya pendapat dan siskap peserta didik dapat berubah karena interaksi dan saling berpengaruh antar sesama peserta didik maupun dengan proses sosialisasi pesera didik.
     Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki kemampuan dalam berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang di lingkungannya. Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain telah dirasakan sejak usia enam bulan, disaat itu mereka telah mampu mengenal manusia laiin, terutama ibu dan anggota keluarganya. Anak sudah mampu membedakan senyum dan ekspresi-ekpresi lainnya.
     Perkembangan sosial pada masa remaja berkembang umtuk memahami orang lain sebagi individu yang unik. Baik menyangkut sifat-sifat pribadi, minat, dan nilai-nilai atau perasaan sehingga mendorong remaja untukbersosialisasi lebih akrab denagn lingkungan sebayanya dan lingjungan masyarakat, baik melalui persahabatan atau percintaan. Masa dewasa merupakan masa tenang setelah mengalami berbagai aspek gejolak perkembangan pada masa remaja. Meskipun segi-segi yang dipelajari sama tetapi isi bahasannya berbeda, karena pada masa dewasa merupakan masa pematangan kemampuan dan karakteristik yang telah dicapai pada masa remaja. Oleh karena itu perkembangan sosial orang dewasa tidak akan jauh berbeda kaitannya dengan perkembangan sosial remaja.[1]
     Berdasarkanhal-hal yang diuraikan di atas maka penyusun akan menyusun makalah dengan judul ”Konsep Dasar Belajar”.
B.       Rumusan Masalah
1.      Apa arti penting belajar?
2.      Apa definisi belajar?
3.      Apa saja contoh belajar?
4.      Bagaimana pengertian memori dan pengetahuan?
C.      Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini ialah sebagai berikut:
1.      Menjelaskan arti penting belajar .
2.      Menjelaskan definisi belajar .
3.      Menjelaskan contoh belajar.
4.      Menjelaskan pengertian memori dan pengetahuan.
















BAB II
PEMBAHASAN
A. Arti Penting Belajar
            Belajar adalah key term yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagaidisiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya kependidikan, misalnya psikologi pendidikan. Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan makna yang terkandung dalam belajar. Karena kemampuan berubahlah manusia terbebas dari kemandegan fungsinya sebagai khalifah di bumi. Selain itu, dengan kemampuan berubah melalui belajar itu, manusia secara bebas dapat mengeksplorasi, memilih, dan menetapkan keputusan-keputusan penting untuk hidupnya.
            Banyak sekali bentuk-bentuk perubahan yang terdapat dalam diri manusia yang tergantung pada belajar, sehingga kualitas peradaban manusia juga tergantung pada apa dan bagaimana ia belajar. Belajar juga memainkan peran penting dalam mempertahankan kehidupan sekelompok umat manusia (bangsa) di tengah-tengah persaingan yang semakin ketat diantara bangsa-bangsa lainnya yang lebih maju karena belajar. Akibat persaingan tersebut, kenyataan tragis juga terjadi karena belajar. Contoh, tidak sedikit orang pintar dan berpendidikan menggunakan kepintarannya untuk mendesak dan menghancurkan kehidupan orang lain.
            Kenyataan tragis lainnya yang lebih parah juga muncul karena hasil belajar. Hasil belajar pengetahuan dan teknologi tinggi, misalnya, tak jarang digunakan untuk membuat senjata pemusnah sesama umat manusia. Alhasil, kinerja akademik (academik performance) yang merupakan hasil belajar itu, disamping membawa manfaat, terkadang juga membawa mudarat. [2]
B. Definisi Belajar
            Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis danjenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu sangat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketikaia berada di sekolah maupun dilingkungan rumah atau keluarganya sendiri.
            Crow & Crow menyatakan bahwa belajar adalah memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetauan dan sikap. Merunut mereka hal-hal ynag dirumuskan diatas meliputi cara-cara baru guna melakukan suatu upaya memperoleh penyesuaian diri terhadap situasi baru.
            Hilgard & Bower mendefinisikan, belajar itu berhubungan dengan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dan perubahan tingkah laku tersebut tidak dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan respons pembawaan, kematangan, atau keadaan sesaat seseorang.
            Laurine mengemukakan pengertian belajar sebagai modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Menurut pengertian ini belajar merupakan proses.[3]
            Howard L. Kingsley mendefinisikan belajar sebagai learning is the process by wich behavior (in the broader) is originated or changed through practice or training, (belajar adalah proses ketika tingkah laku ditimbulkan atau di ubah melalui praktik atau latihan).[4]
            Dari beberapa pengertian diatas dapat di tarik sebuah kesimpulan tentang arti belajar, yaitu tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang diebabkan oleh pengalamannya, yang diperoleh melalui suatu proses praktik atau latihan.
            Belajar merupakan kegiatan yang paling banyak dilakukan orang. Belajar dilakukan hampir setiap waktu, kapan saja, dan dimana saja. Dikalangan masyarakat umum dan awam, belajar diartikan monopoli anak disekolah. Tetapi adapila yang memaknai bahwa belajar juga bisa dilakukan di rumah. Dikalangan kaum awam belajar terkadang diartikan dengan menghafal, atau mengulang pelajaran sekolah. Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan pengetahuan, dan perubahan dirinya melalui pelatihan-pelatihan dan pengalaman-pengalaman.
            Belajar dapat membawa perubahan bagi seseorang, baik perubahan pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Dengan perubahan hasil belajar tersebut seseorang dapat memecahkan suatu permasalahan dan dapat meneyesuaikan diri dengan lingkungannya, perubahan-perubahan belajar tersebut membawa dampak positif.[5]
C. Contoh Belajar
            Dalam mempermudah pemahaman anda mengenai bagaimana sebenarnya proses belajar itu berlangsung, berikut ini penyusun akan kemukakan beberapa contoh sederhana sebagai gambaran.
            Contoh pertama: Seorang anak balita mendapat mobil-mobilan dari ayahnya. Lalu ia mencoba mainan tersebut dengan cara memutar kuncinya dan meletakkannya di tempat yang datar. Perilaku “memutar" dan “meletakkan” tersebut merupakan reaksi atau respons atas rangsangan yang timbul atau yang ada pada mainan tersebut (misalnya: kunci dan roda).
            Pada tahap permulaan, respons anak terhaadap stimulus yang terdapatpada mainan tersebut biasanya tidak tepat,atau tidak teratur. Namun berkat latihan dan pengalaman berulang-ulang, lambat laun anak menguasai dan akhirnya dapat memainkan mobil-mobilan tersebut dengan baik dan sempurna.
            Contoh kedua: bayangkan bahwa anda sedang berada dalam sebuah ruangan yang pintu dan jendelanya terkunci, anda sangat lapar, tetapi tidak tahu bagaimana mengatasi lapar itu. Apakah yang dapatanda lakukan? Mungkin anada akan berteriak minta tolong, akan tetapi anda tidak melakukannya. Daripada berteriak, anda merasa lebih baik mengelilingi ruangan itu danmengamati ruangan itu secara keseluruhan, mencoba meraba-raba sambil mencari sesuatu berkali-kali.
            Akhirnya anda menemukan tombol dekat lubang yang lebarnya kira-kira 10 cm, anda menekan tombol itu, kemudian terdengar bunyi “tit-tit-tit” seperti bom. Dari lubang itu kemudian jatuh suatu benda tipis, dan ternyata benda tersebut adalah biskuit, kemudian biskuit ini anda makan. Selanjutnya, karena anda masih merasa lapar tombol itu anda tekan lagi berkali-kali untuk menghasilkan lebih banyak biskuit.
            Dalam situasi tersebut, tombol dan lubang tadi adalah stimulus. Sedangkan rasa lapar yang anda rasakan adalah motivasi. Keduanya kemudian menimbulkan respons khusus (penekanan tombol) yang akan terus meningkat dan teratur,karena adanya penguat (reinforcer) yakni biskuit. Peristiwa ini dalam psikologi belajar dikenal dengan istilah instrumental conditioning atau operant conditioning.
            Belajar tidak hanya ditandai oleh adanya interaksi antara stimulus dengan respons, melainkan karena adanya self direction, pengaturan dan pengarahan diri ynag di kontrol oleh otak. Fungsi otak sebagai pengendali seluruh aktivitas mental dan behavioral.
            Contoh: seorang balita sedang belajar kata “kucing” dari ibunya. Ketika anak itu mellihat seekor kucing berwarna hitam, ibunya berkata “itu kucing”, kemudian anak itu menirukan “itu kucing”. Citra kucing yang ia lihat menjadi echoic memory yang diserap oleh sensory register dan tersimpan dalam gudang sementara selama kurang dari satu detik. Kemudian informasi dalam bentuk citra dan gema tersebut (iconic & echoic) diserap oleh short term memory (subsistemakal jangka pendek) untuk di proses menjadi arti-arti selama kurang dari satu detik, namun masih diserap oleh subsistem memori dan akal permanen. Dalam subsistem anak balita balita tadi telah tersimpan item-item lainnya yang pernah ia lihat atau ia dengar sebelumnya.
            Kemudian keesokan harinya anak balita tadi melihat kucing, dan ibunya bertanya, “itu apa?”saat pertanyaan ini diterima, sistem akal anak tersebut kembali berproses mencari jawaban, dan hasilnya di luar dugaan. Ternyata bukan hanya kata “kucing” yang ia peroleh, melainkan juga kata “bagus” dan kata “suka” dalam tatanan yang logis.  Ia menjawab, “ itu kucingbagus, saya suka” Padahal struktur kalimat yang melibatkan kata itu (kucing, suka, dan bagus) tak pernah ia pelajari. Bahkan kucing yang ia lihat berbeda warnanya dengan kucing yang ia lihat sebelumnya.[6]
            Alhasil, belajar pada hakikatnya merupakan proses kognitif yang mendapat dukungan dari fungsi ranah psikomotor. Fungsi psikomotor dalam hal ini meliputi: mendengar, melihat, mengucapkan. Apapun jenis manifestasi belajar yang dilakukan seorang individu, hampir dapat dipastikan selalu melibatkan fungsi ranah akalnya yang intensitas penggunaannya tentu berbeda dengan peristiwa belajar lainnya.
D. Memori Dan Pengetahuan
            Best, menyatakan bahwa setiap informasi yang kita terima sebelum masuk dan di proses oleh subsistem akal pendek (short term memory) terlebih dahulu disimpan sesaat atau tepatnya lewat, karena hanya dalam waktu seperkian detik, dalam tempat penyimpanan sementara yang disebut sensory memory alias sensory register yakni subsistem yang penyimpanan pada syaraf indera penerima informasi. Dalam dunia kedokteran subsistem ini disebut ”syarat sensori” yang berfungsi mengirimkan implus ke otak. Dengan demikian, struktur sistem akal manusia terdiri atas tiga subsistem, yakni: sensory register, short term memory, dan longterm memory. Istilah memori dalam hal ini di sebut dengan “storage” atau tempat penyimpangan informasi.
            Pengetahuan deklaratif atau pengetahuan proposional ialah pengetahuan mengenai informasi faktual yang pada umumnya bersifat statis-normatif dan dapat dijelaskan secar lisan atau verbal. Isi pengetahuan ini berupa konsep-konsep dan fakta yang dapat ditularkan kepada orang lain melalui ekspresi tulisan dan lisan. [7]
            Sebaliknya pengetahuan prosedural adalah pengetahuan yang mendasari kecakapan atau keterampilan perbuatan jasmaniah yang cenderung bersifat dinamis. Namun pengetahuan ini sangat sulit –kalau bukan mustahil- diuraikan secara lisan,meskipun mudah didemonstrasikan dengan perbuatan nyata. Oleh karena itu, pengetahuan prosedural lazim disebut sebagai knowing how atau “mengetahui cara” melakukan suatu perbuatan, pekerjaan, dan tugas tertentu.
            Contoh: kemahiran seorang siswa dalam mengendarai sepeda, ia tahu bagaimana cara mengendarai sepeda, bahkan ia mampu “melepas tangan”. Pengetahuan yang bersifat keterampilan ini tetap bertahan dalam diri siswa tersebut walaupun telah ditinggalkan bertahun-tahun, akan tetapi ketika ditanya mengapa ia pandai mengendarai sepeda, ia tidak mampu menjelaskannya. Dalam hal ini meskipun pengetahuan tersebut tersimpan dalam memorinya, siswa tersebut memerlukan pengetahuan pengetahuan normatif mengenai “gravitasi bumi” dan “gaya” yang membuat keseimbangan tubuh ketika mengendarai sepeda. Selanjutnya ditinjau dari sudut jenis informasi dan pengetahuan yang disimpan. Memori manusia itu terdiri dari dua macam yaitu:
1. sematic memory (memori sematik) yaitu memori khusus yang menyimpan arti-arti atau pengertian-pengertian.
2. episodic memory (memori episodik) yaitu memori khusus yang menyimpan informasi tentang peristiwa-peristiwa.
Menurut Reber, dalam memori simatik informasi yang diterima ditansformasikan dan diberi kode arti, lalu disimpan atas dasar arti itu. Jadi informasi yang kita simpan tidak dalam bentuk aslinya, tetapi dalam bentuk kode yang memiliki arti. Seorang siswa yang memiliki informasi hasil proses semantik seperti itu akan dapat mempertahankan dan mendayagunakan dalam waktu yang lebih lama dan dalam situasi yang lebih kompleks.
            Sesuai dengan namanya, banyak ahli yang percaya bahwa memori semantik itu berfungsi menyimpan konsep-konsep yang signifikan dan bertalian antara satu dengan lainnya. Contoh: Ahmad berkata, “saya tau merpati adalah jenis burung yang memiliki sayap”. Dalam kalimat deklaratif ini, merpati selalu mengacu pada burung sebab burung merupakan superordinate bagi unggas-unggas sejenis merak, bangau, kenari, dan lain sebagainya. Sedangkan sayap adalah characteristic bagi burung-burung atau hewan unggas pada umumnya.
            Apabila pengetahuan ahmad tadi kita gambarkan, kurang lebih tatanan atau organisasi item-item informasi yang tersimpan dalam memori permanen siswa tersebut adalah seperti model di bawah ini:
            MERPATI                 (adalah) burung (superordinate)
                                              (adalah) sayap (characteristic)
            Butir-butir informasi yang terungkap dalam kata “burung” dan sayap di atas selanjutnya dapat diberlakukan oleh memori Ahmad untuk menjelaskan artikonsep bangau, perkutut, dan hewan unggas lainnya yang memiliki superordinate dan karakteristik supaya dengan merpati. Alhasil item-item informasi yang tersimpan dalam memori sematik bersifat dinamis dan dapat dioleh serta diaplikasikan oleh akal Ahmad untuk memahami fenomena lain yang relevan dengan item-item informasi tersebut.[8]










BAB III
PENUTUP
A. Penutup
            Belajar adalah key term yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagaidisiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya kependidikan, misalnya psikologi pendidikan. Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan makna yang terkandung dalam belajar. Karena kemampuan berubahlah manusia terbebas dari kemandegan fungsinya sebagai khalifah di bumi. Selain itu, dengan kemampuan berubah melalui belajar itu, manusia secara bebas dapat mengeksplorasi, memilih, dan menetapkan keputusan-keputusan penting untuk hidupnya.
            Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis danjenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu sangat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketikaia berada di sekolah maupun dilingkungan rumah atau keluarganya sendiri.
            Contoh pertama: Seorang anak balita mendapat mobil-mobilan dari ayahnya. Lalu ia mencoba mainan tersebut dengan cara memutar kuncinya dan meletakkannya di tempat yang datar. Perilaku “memutar" dan “meletakkan” tersebut merupakan reaksi atau respons atas rangsangan yang timbul atau yang ada pada mainan tersebut (misalnya: kunci dan roda).
            Pada tahap permulaan, respons anak terhaadap stimulus yang terdapatpada mainan tersebut biasanya tidak tepat,atau tidak teratur. Namun berkat latihan dan pengalaman berulang-ulang, lambat laun anak menguasai dan akhirnya dapat memainkan mobil-mobilan tersebut dengan baik dan sempurna.
            Best, menyatakan bahwa setiap informasi yang kita terima sebelum masuk dan di proses oleh subsistem akal pendek (short term memory) terlebih dahulu disimpan sesaat atau tepatnya lewat, karena hanya dalam waktu seperkian detik, dalam tempat penyimpanan sementara yang disebut sensory memory alias sensory register yakni subsistem yang penyimpanan pada syaraf indera penerima informasi. Dalam dunia kedokteran subsistem ini disebut ”syarat sensori” yang berfungsi mengirimkan implus ke otak. Dengan demikian, struktur sistem akal manusia terdiri atas tiga subsistem, yakni: sensory register, short term memory, dan longterm memory. Istilah memori dalam hal ini di sebut dengan “storage” atau tempat penyimpangan informasi.
B. Saran
            Demikianlah makalah ini yang kami buat, namun kami merasa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami menginginkan kritik dan saran agar makalah ini menjadi lebih baik dan sesuai dengan yang diinginkan.


[1] Sunarto dan Hartono,
[2] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung, PT. Remaja Karya, 2002), hlm.94-96.
[3] Noer Rohmah, Psikoligi Pendidikan, (Yogyakarta,Teras, 2012), hlm. 173-174.
[4] Isyqika Zaherta, Memahami Konsep Dasar Belajar, (ermahfir. Blogsport.com), diunduh pada 04- 09-2016, jam 22:07 WIB.
[5] Abin Syamsuddin Makmun, PsikologiPendidikan, (Bandung, PT. Rosda Karya,2012), hlm. 157-158.
[6] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung, PT. Remaja Karya, 2002), hlm.92-94.
[7] Ibid, hlm. 97.
[8] Ibid, hlm 98-99.